Emang Benar Sehat Belum Tentu Bugar? Lantas, Apa Perbedaannya?

...

Sehat Bugar | Sehat dan Bugar

Kita tentu sudah tidak asing dengan berbagai jargon atau slogan “Ayo Hidup Sehat”. Banyak orang berupaya untuk memiliki tubuh yang sehat dengan berbagai macam cara, misalnya tidur cukup, menjaga pola makan dan berolahraga. Namun ternyata, memiliki tubuh yang sehat tidak menjamin seseorang memiliki tubuh yang bugar. Lantas apa perbedaannya?

Mengacu pada KBBI, sehat adalah baik seluruh badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit), dalam artian tidak memiliki penyakit atau gangguan.

Sementara bugar diartikan mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari dengan semangat dan kewaspadaan tanpa kelelahan yang tidak semestinya, serta tetap memiliki energi yang cukup untuk menikmati waktu senggang dan memenuhi keadaan darurat yang tidak terduga.

Contoh perbedaan sehat dan bugar adalah seseorang bisa saja dinyatakan sehat berdasarkan hasil pemeriksaan kondisi tubuhnya. Namun setiap hari selalu tampak kelelahan dan mengantuk atau ketika harus naik turun tangga beberapa lantai tidak kuat dan terengah-engah. Oleh karena itu penting untuk memiliki kondisi tubuh yang tidak hanya sehat namun juga bugar.

Cara tingkatkan kesehatan dan kebugaran

Salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran adalah dengan melakukan aktivitas fisik atau olahraga.

WHO merekomendasikan, orang dewasa harus melakukan setidaknya 150-300 menit aktivitas fisik aerobik intensitas sedang, atau setidaknya 75-150 menit aktivitas fisik aerobik intensitas tinggi, atau kombinasi setara aktivitas intensitas sedang dan tinggi sepanjang minggu untuk memperoleh manfaat kesehatan yang substantial. 

Selain itu, orang dewasa juga harus melakukan aktivitas penguatan otot dengan intensitas sedang atau lebih besar yang melibatkan semua kelompok otot utama sebanyak 2x atau lebih dalam seminggu untuk memberikan manfaat Kesehatan tambahan.

Lantas bagaimana cara mengukur aktivitas yang tergolong intensitas ringan, sedang, atau berat? 

Pertama kita perlu mengukur denyut nadi maksimal (DNM) dengan rumus 220 – usia. Misalnya, seseorang berusia 40 tahun berarti memiliki denyut nadi maksimal sebesar di angka 180. 

Olahraga dengan intensitas ringan apabila mencapai 57-63% dari DNM (zona 1-2), intensitas sedang 64-76% dari DNM (zona 3), dan intensitas berat 77-99% dari DNM (zona 4-5). 

Namun apabila kesulitan untuk mengukur denyut nadi saat sedang berolahraga, dapat juga menggunakan cara yang lebih sederhana dengan Talk Test.

Olahraga intensitas ringan apabila masih bisa berbicara menyusun kalimat. Intensitas sedang apabila hanya bisa berbicara sepatah dua patah kata, dan intensitas berat apabila terengah-engah tidak bisa mengucapkan kata-kata.  

Dengan memahami cara menghitung intensitas olahraga, diharapkan dapat memandu kita untuk berolahraga secara lebih aman.

Selain itu kita juga dapat melakukan skrining secara mandiri sebelum melakukan olahraga dengan mengajukan pertanyaan kesehatan dari PAR-Q+ berikut:

  1. Apakah dokter pernah menyatakan Anda memiliki masalah jantung atau tekanan darah tinggi?
     
  2. Apakah Anda pernah merasa nyeri di bagian dada pada saat beristirahat, pada saat beraktivitas sehari-hari, atau pada saat melakukan latihan fisik?
     
  3. Apakah Anda pernah kehilangan keseimbangan karena merasa pusing atau kehilangan kesadaran pada 12 bulan terakhir?
     
  4. Apakah Anda pernah didiagnosis memiliki kondisi medis kronik lain? (Selain penyakit jantung atau tekanan darah tinggi)
     
  5. Apakah Anda mengonsumsi obat-obatan untuk kondisi medis tertentu?
     
  6. Apakah Anda pernah (atau mengalami dalam 12 bulan terakhir) masalah pada tulang, sendi, otot, ligamen, atau tendon yang dirasakan semakin memburuk jika Anda semakin aktif?
     
  7. Apakah dokter pernah menganjurkan Anda untuk beraktivitas fisik harus tersupervisi secara medis?

Jika di antara 7 pertanyaan di atas ada yang dijawab YA, maka sebaiknya lakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter supaya olahraga lebih aman dan mendapatkan manfaat yang lebih optimal. 

Manfaat olahraga tersebut antara lain:

  • Meningkatkan fungsi kardiovaskular dan pernapasan
  • Menurunkan faktor risiko penyakit kardiovaskular
  • Menurunkan morbiditas dan mortalitas
  • Menurunkan kecemasan dan depresi
  • Meningkatkan fungsi kognitif
  • Meningkatkan perasaan sejahtera
  • Meningkatkan kinerja kerja, rekreasi, dan kegiatan olahraga 
  • Meningkatkan fungsi fisik dan dan kehidupan mandiri pada orangtua
  • Mengurangi risiko jatuh dan cedera akibat jatuh pada orangtua
  • Mencegah atau mitigasi keterbatasan fungsional pada orangtua

Informasi lebih lanjut untuk konsultasi dengan dokter, hubungi Call Center 150770

Direview oleh:

dr. Surya Santosa, Sp.KO
Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (Sport Medicine)
Mayapada Hospital Jakarta Selatan (MHJS)

Lihat jadwal praktek di sini

 

tags :

Sports Injury Performance & Treatment Center Spesialis Kedokteran Olahraga