Para Bidan Luar Biasa Yang Bertugas di Daerah Terpencil
Menjadi seorang bidan adalah salah satu pekerjaan yang mulia. Para bidan akan membantu para ibu dalam menjalani proses kelahiran.
Sebagai seorang bidan, tidak jarang mereka harus bertugas di daerah yang terpencil dengan sarana dan prasarana yang sangat minim dan mungkin medan yang berbahaya.
Berikut adalah kisah dari empat bidan luar biasa yang mendedikasikan dirinya untuk membantu para ibu dan menyelamatkan putra-putri Indonesia calon penerus kejayaan bangsa di masa depan:
- Bidan Eulis Rosmiati
Beliau bertugas di Ujung Genteng sejak tahun 1991. Desa Ujung Genteng sendiri adalah sebuah desa terpencil yang terletak di daerah pesisir selatan Jawa Barat. Penduduknya yang mayoritas dalam kelompok ekonomi lemah dan hanya sekitar 4000 jiwa. Jarak puskesmas terdekat ternyata cukup jauh, yakni mencapai 30 km. Karena itu Bidan Rosmiati pun berjuang agar penduduk desa Ujung Genteng tetap mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik. Salah satu usahanya adalah mengadakan arisan WC. Dengan adanya arisan WC, hanya tinggal kurang dari 10% keluarga saja yang belum memiliki WC sendiri. Tidak hanya itu, Bidan Rosmiati juga rutin menyelenggarakan donor darah desa, agar ketersediaan darah bisa terjaga.
- Bidan Siti Sumiyati
Beliau dikatakan sebagai wanita mulia penakluk Kepulauan Seribu dan pulau-pulau di sekitarnya. Bidan yang tegar ini sudah mengabdikan dirinya selama 38 tahun di Kepulauan Seribu. Dengan sebuah perahu motor butut, ia harus melayani warga yang tinggal di berbagai pulau di Kepulauan Seribu. Keteguhannya ternyata tercium oleh dunia internasional. WHO (Badan PBB yang mengurusi masalah kesehatan) menghadiahinya sebutan ‘Penyelamat Ibu Melahirkan’. Penghargaan yang diberikan pada Juni 2008 itu membuatnya semakin teguh untuk mengabdi kepada rakyat Kepulauan Seribu.
- Bidan Agnes Kundimgo
Bidan asli Papua yang mengabdi sejak tahun 1997 ini menghadapi dua persoalan berat Pertama, medan yang benar-benar sulit. Kedua, adat masyarakat yang tidak mempercayai bidan, juga menganggap bidan sebagai pembawa sial. Dengan ketekunan dan ketulusan, bidan satu ini akhirnya cukup berhasil menembus pandangan lama yang ada di masyarakat itu.
- Bidan Eros Rosita
Bidan Eros merupakan pembawa secercah cahaya untuk masyarakat Badui Banten yang terkucilkan dan masih memegang nilai-nilai adat. Pada awalnya orang Badui tetap saja menolak Bidan Eros. Hingga suatu kejadian ‘heboh’ menerpa mereka pada tahun 1999-2000. Pada waktu itu, orang Badui terkena penyakit merah. Ternyata ketika para dukun Badui angkat tangan, Bidan Eros turun tangan. Dengan bermodalkan ketulusan dan suntikan penisilin, rakyat Badui pun dibuat sembuh. Sejak saat itu, masyarakat Badui menerima kehadirannya dengan antusias.
Sumber: www.dokter.id
tags :