Penyakit Paru Obstruktif Kronis: Gejala, Pencegahan, dan Pegobatan
Sebagai penyakit mematikan nomor empat di dunia, Penyakit Paru Obtruktif Kronis harus menjadi target kewaspadaan kita.
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), juga disebut COPD, merupakan istilah yang digunakan untuk sejumlah penyakit yang menyerang paru-paru pada jangka waktu yang panjang. Penyakit ini dapat menghalangi aliran udara dari dalam paru-paru sehingga penderitanya sulit bernapas.
PPOK umumnya merupakan kombinasi dari dua penyakit pernapasan, yaitu bronkitis kronis dan emfisema.
Bronkitis kronis adalah infeksi pada saluran udara menuju paru-paru yang menyebabkan pembengkakan dinding bronkus dan produksi cairan di saluran udara berlebihan. Gejala yang ditimbulkan berupa batuk harian dan produksi dahak yang cukup banyak.
Sementara emfisema adalah kondisi rusaknya kantung-kantung udara pada paru-paru yang terjadi secara bertahap.
Baca juga: Solusi Mutakhir Mengatasi Saraf Kejepit
Oleh WHO, PPOK ditetapkan menjadi penyakit mematikan nomor empat di dunia setelah kardiovaskular, kanker, dan diabetes. Diperkirakan, jumlah penderita PPOK mencapai 400 juta jiwa pada tahun 2020 mendatang dan setengahnya terkonsentrasi di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Di Indonesia sendiri, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013 (Riskesdas), prevalensi PPOK adalah sebesar 3,7%. Angka kejadian penyakit ini meningkat dengan bertambahnya usia dan lebih tinggi pada laki-laki (4,2%) dibanding perempuan (3,3%).
Sekitar 30% penderita PPOK dengan sumbatan yang berat akan meninggal dalam waktu sekitar 1 tahun, dan 95% meninggal dalam waktu 10 tahun.
Kematian akibat PPOK bisa disebabkan oleh gagal napas, pneumonia, pneumotoraks (masuknya udara ke dalam rongga paru), aritmia jantung, atau emboli paru (penyumbatan arteri yang menuju ke paruparu). Selain itu, penderita PPOK juga berisiko tinggi untuk mengidap kanker paru.
Penyebab dan faktor risiko
PPOK terjadi karena menurunnya aliran udara yang masuk dan keluar dari saluran bronkus di paru-paru. Keadaan ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
- Kantung udara dan jalur napas (bronkiolus) kehilangan kelenturan untuk menampung udara.
- Dinding antara kantung udara rusak atau hancur.
- Dinding dari jalur napas menjadi radang.
- Terdapat sangat banyak lendir/ mukus yang menutupi jalur napas.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko PPOK antara lain:
• Merokok:
PPOK paling sering menyerang orang yang berumur 40 tahun atau lebih dan yang memiliki riwayat merokok. Sekitar 90% kasus PPOK berhubungan dengan merokok.
• Faktor lingkungan:
PPOK juga dapat timbul pada perokok pasif atau terpapar polutan berbahaya meliputi zat kimia, bahan bakar, uap, atau debu.
• Faktor keturunan:
Penelitian menemukan bahwa kekurangan protein Antitripsin (kondisi yang disebut Alpha-1 Antitripsin Deficiency, AATD) meningkatkan risiko PPOK.
Baca juga: Rumah Sakit dengan Layanan Radiologi Terlengkap
Gejala klinis dan pemeriksaan
PPOK jarang menunjukkan gejala atau tanda khusus di tahap awal, dan baru muncul ketika sudah terjadi kerusakan yang signifikan pada paru-paru yang umumnya terjadi bertahun-tahun setelah terpapar faktor penyebabnya.
Gejalanya antara lain:
- Batuk berdahak yang tidak kunjung sembuh
- Napas sering tersengal-sengal (bahkan saat melakukan aktivitas fisik ringan)
- Mengi atau napas sesak dan berbunyi
- Terasa lemas
- Sering mengalami infeksi paru
- Berat badan turun
Untuk memastikan gejala-gejala tersebut merupakan indikasi adanya PPOK, biasanya dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan, seperti:
- Spirometri (mengukur fungsi paru)
- Tes darah
- Foto paru/x-ray toraks
- CT scan paru
- Elektrokardiogram (EKG) dan ekokardiografi
- Tes dahak
Pengobatan
Karena PPOK belum bisa disembuhkan, pengobatannya ditujukan untuk meringankan gejala dan menghambat perkembangan penyakit. Inilah beberapa langkah pengobatannya:
- Berhenti merokok atau menghindari paparan asap rokok.
- Menggunakan obat-obatan. Contohnya, inhaler (obat hirup) jenis pereda gejala atau inflamasi saluran pernapasan, tablet teofilin yang akan melebarkan saluran pernapasan, tablet mukolitik (pengencer dahak dan ingus), tablet antibiotik, serta tablet steroid.
- Terapi untuk paru-paru. Misalnya nebulisasi (mesin yang menyemprotkan uap cairan steril yang telah dicampur dengan obatobatan pernapasan) dan terapi oksigen.
- Program rehabilitasi paru. Berupa latihan fisik yang biasanya akan dijalani selama kira-kira 1,5 bulan.
- Pembedahan. Ini merupakan pilihan terapi untuk beberapa orang dengan emfisema berat yang tidak dapat teratasi dengan baik oleh pemberian obat-obatan saja. Pembedahan yang dilakukan bisa berupa pengangkatan sebagian jaringan paru yang rusak, sehingga jaringan paru yang tersisa dapat bekerja dengan lebih efisien.
- Transplantasi. Bisa memperbaiki kemampuan seseorang untuk bernapas dengan baik dan menjadi lebih aktif.
Lihat juga: Daftar Dokter Penyakit Dalam Mayapada Hospital
Pencegahan PPOK
- Menghentikan merokok sebagai faktor risiko tertinggi.
- Menerapkan gaya hidup sehat (menjaga pola makan sehat, cukup istirahat, dan rutin berolahraga).
- Sebisa mungkin menghindari polusi udara. Anda bisa mengenakan masker jika terpaksa harus berada di luar.
- Melakukan vaksinasi secara berkala, yakni vaksin flu dan vaksin pneumonia.
Konsutan:
dr. Prasna Pramita, SpPD, K-AI, FINASIM, MARS
Spesialis Penyakit Dalam
Mayapada Hospital Jakarta Selatan (MHJS)
Ketika Anda memiliki gejala Penyakit Paru Obstruktif Kronis, segera periksakan diri ke dokter. Buat janji dokter melalui tautan ini!
tags :
Penyakit Paru Kanker Paru Spesialis Penyakit Dalam