Cegah Obesitas pada Anak, Terapkan Pola Makan Seimbang
Obesitas pada anak merupakan salah satu masalah kesehatan yang harus diwaspadai oleh orang tua. Anak yang terindikasi obesitas, pertumbuhan dan perkembangannya akan terganggu sehingga dapat memicu penyakit kronis pada usia yang lebih dini.
"Esensi dari obesitas itu kan kelebihan lemak. Kelebihan lemak terjadi ketika banyak yang masuk, tetapi tidak ada yang dibuang keluar," kata dr. Sandra Darmawan, SpA dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan (MHJS).
"Idealnya, makanan yang masuk ditransformasikan menjadi energi dan zat-zat lain yang dibutuhkan tubuh. Tapi jika anak-anak tidak banyak melakukan aktivitas fisik, makanan yang masuk ini hanya akan jadi lemak yang menumpuk. Bayangkan kalau itu terjadi selama bertahun-tahun," dr. Sandra Darmawan, SpA menambahkan.
Dokter Sandra melanjutkan, kecenderungan orang tua di Indonesia adalah senang melihat anaknya makan. Akhirnya, segala jenis makanan disediakan untuk anak. Kebiasaan ini tidak salah karena anak-anak dalam tahap pertumbuhan membutuhkan asupan makanan dan nutrisi yang banyak.
Namun, kebiasaan ini jadi tidak baik kalau tidak dibarengi dengan kebiasaan beraktivitas fisik yang dapat menunjang pembuangan kalori. Akibatnya, anak bisa terindikasi obesitas.
Indikasi Obesitas pada Anak
Korelasi antara orang tua yang obesitas dan anak yang obesitas kita kenal dengan istilah faktor genetik. Selain faktor genetik, obesitas pada anak juga cenderung terjadi karena anak tinggal di lingkungan sosial yang sama dengan orang tua yang obesitas.
Bahkan obesitas merupakan masalah kesehatan pandemi yang terjadi secara global dan hal ini sudah mulai dari dalam kandungan.
Ibu hamil dengan obesitas meningkatkan risiko komplikasi yang dapat berdampak kesehatan dan gangguan perkembangan pada anak yang dilahirkan.
Ibu hamil yang mengalami obesitas berdampak pada kemampuan untuk mengatur hormon dan menyerap nutrisi setelah bayi dilahirkan.
Kemudian, faktor lingkungan seperti penyediaan nutrisi dan pemilihan makanan oleh orang tua akan mempengaruhi pola makan anak pada masa pertumbuhan hingga dewasa.
"Pada masa kehamilan, seorang ibu dengan indeks masa tubuh normal diizinkan mengalami kenaikan 11-18 kg. Sedangkan ibu dengan berat badan berlebih atau obesitas hanya boleh naik sebanyak 7-9 kg. Jika bayi lahir lebih dari berat normal yakni lebih dari 4 kg, maka bayi tersebut ada faktor resiko obesitas," kata dr. Arti Indira, M.Gizi., Sp.GK MHJS.
Status gizi seorang anak dapat diprogram sejak di dalam kandungan. Kebutuhan kalori ibu hamil harus ditambah dari kebutuhan kalori wanita normal. "Contoh seorang wanita normal usia reproduksi makannya sekitar 1.500-1.800 kalori per hari. Kalau ibu hamil dibutuhkan sekitar 300 kalori lagi dari banyaknya kalori normal per hari, jadi 1.800 kalori + 300 kalori jadi 2.100 kalori yang dibutuhkan ibu hamil per hari. Penambahan 300 kalori itu bisa dari buah dan susu cukup," tambah dr. Arti.
Gejala obesitas pada anak
Gejala obesitas pada anak ditandai dengan berat badan yang tidak sesuai dengan tinggi badan dan melebihi batas normal anak seusianya. Berbeda dengan kegemukan, anak yang mengalami obesitas menimbun lemak yang sangat banyak ke tubuh terutama pada lengan atas, perut dan pinggang.
"Mengetahui gejala obesitas pada anak secara kasat mata, cara termudahnya adalah dengan melihat seberapa gemuk anak tersebut atau dengan hitung-hitungan sederhana terkait indeks masa tubuh. Rumusnya: berat badan (kg)/ (tinggi badan [cm]/ 100). Kalau hasilnya antara 18,5 sampai 22,9 itu normal. Antara 23 sampai 24,9 itu berisiko obesitas tapi belum obesitas. Di atas 25, itu obesitas," kata dr. Sandra Darmawan, SpA.
Cara satu-satunya untuk memastikan apakah anak Anda obesitas adalah dengan rutin memeriksakan anak ke dokter atau Puskesmas untuk memantau tinggi dan berat badannya sesuai grafik tumbuh kembangnya di Kartu Menuju Sehat (KMS).
Perlu diingat, efek lebih lanjut dari obesitas anak itu sama dengan orang dewasa, yakni timbulnya penyakit-penyakit berbahaya seperti gangguan jantung dan hipertensi. Lebih parah lagi, sudah ada penelitian yang menyebutkan bahwa 80% anak obesitas akan terus obesitas hingga ia dewasa.
Risiko Kesehatan Anak yang Obesitas
Jangan sepelekan berat badan anak yang tidak ideal. Anak dan remaja yang kelebihan berat badan atau obesitas akan lebih rentan mengalami diabetes (kencing manis), kolesterol tinggi, penyakit jantung, tekanan darah tinggi (hipertensi), hingga kanker ketika mereka dewasa nanti.
Komplikasi kesehatan lainnya dari obesitas pada anak juga dapat mencakup asma, sleep apnea, perlemakan hati, pubertas dini, gangguan koordinasi (sulit untuk menggerakan anggota tubuh dan kemampuan keseimbangan tubuh yang buruk), hingga masalah psikologis seperti rasa rendah diri hingga depresi.
"Non Communicable Disease (NCD) pangkalnya dari obesitas," kata dr. Arti, M.Gizi., Sp.GK.
Pencegahan Obesitas pada Anak
Lalu bagaimana cara mencegah dan mengatasi obestias pada anak? Nah, orang tua dengan anak yang terindikasi obesitas haruslah waspada dan mulai mengubah pola asuh dalam pemenuhan nutrisi anak.
- Batasi konsumsi makanan dan minuman kemasan yang manis. Selain mengatur pola makan yang sehat dan seimbang, olahraga juga perlu dimasukkan ke dalam rutinitas harian anak.
- Pada masa pertumbuhan, sebaiknya anak mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral. Biasakan juga anak-anak Anda untuk makan buah-buahan dan sayuran.
- Biasakan anak untuk melakukan aktivitas fisik setidaknya 60 menit setiap hari untuk menjaga kebugaran tubuhnya. Anda bisa mengajak anak bermain di taman, berenang, berlari, hingga bersepeda setiap akhir pekan.
- Batasi waktu anak untuk menonton TV ataupun bermain games. Bagi orang tua, jadilah panutan bagi anak untuk hidup sehat agar ia dapat mengikuti perilaku dan gaya hidup sehat dari Anda. "Orang tua harus waspada obesitas pada anak. Segala sesuatu itu harus seimbang. Kelebihan tidak bagus, kekurangan pun sama tidak bagusnya. Yang harus betul-betul dicamkan adalah bahwa di masa sekarang, anak gendut itu tidak selamanya lucu dan menggemaskan.
Anak gendut tidak selamanya "subur" atau sehat. Sebab justru dibalik kegemukan itu tersimpan potensi penyakit yang berbahaya untuk masa depan anak," terang dr. Sandra Darmawan, SpA.
tags :
Spesialis Anak Ahli Gizi Obesitas Kesehatan Anak