Cegah Stroke pada Pasien Aritmia dengan Tindakan LAA Closure
Tim Cardiovascular Center Mayapada Hospital Tangerang (MHTG) berhasil melakukan tindakan LAA Closure pada pasien laki-laki berusia 52 tahun dengan gangguan irama jantung Atrial Fibrilasi.
Seseorang dengan gangguan irama jantung Atrial Fibrilasi memiliki risiko mengalami stroke 4-5 kali lebih besar dibanding seseorang tanpa Atrial Fibrilasi.
LAA (Left Atrial Appendage) adalah bagian dari serambi kiri jantung berupa ruangan kecil seperti corong yang tidak memiliki fungsi signifikan.
"LAA Closure adalah tindakan minimal invasive untuk menutup bagian LAA ini sehingga risiko stroke pada pasien Atrial Fibrilasi dapat diturunkan hingga 90%," ungkap dr. Agung Fabian, Sp.JP (K) FIHA, Dokter Spesialis Kardiologi (Jantung dan Pembuluh Darah) - Konsultan Aritmia dari Mayapada Hospital Tangerang (MHTG).
Atrial Fibrilasi adalah gangguan irama jantung yang menyebabkan jantung tidak dapat memompa darah dengan maksimal. Akibatnya darah akan terkumpul di serambi kiri jantung termasuk di dalam LAA gumpalan darah atau trombus yang terkumpul pada LAA ini dapat terlepas ke aliran darah saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh.
Gumpalan darah yang terlepas ini dapat menyumbat pembuluh darah sehingga meningkatkan risiko terjadinya stroke sumbatan (stroke iskemik).
Hal inilah yang menyebabkan pasien dengan Atrial Fibrilasi harus selalu minum obat pengencer darah untuk mencegah risiko stroke.
Baca juga: Mengenal Tindakan Ablasi Jantung untuk Menangani Penyakit Aritmia
Dengan ditutupnya LAA ini, selain risiko stroke dapat diturunkan, pasien juga tidak perlu lagi meminum obat pengencer darah. LAA Closure biasanya dilakukan pada pasien yang sudah tidak memungkinkan untuk minum pengencer darah atau pada pasien dengan risiko perdarahan tinggi.
Pada kasus ini, pasien sudah mengalami stroke berulang karena selain mengalami gangguan irama jantung Atrial Fibrilasi, pasien juga memiliki faktor risiko stroke lain yaitu obesitas, hipertensi, dan riwayat keluarga dengan stroke.
Oleh sebab itu pasien memutuskan untuk dilakukan tindakan LAA Closure untuk menurunkan risiko stroke.
Apa saja prosedur LAA Closure?
Sebelum dilakukan tindakan, pasien perlu dilakukan evaluasi dengan menggunakan alat TEE (Transesophageal Echocardiography).
Tujuan pemeriksaan TEE ini adalah mengevaluasi apakah ada gumpalan darah, mengevaluasi ukuran, kedalaman, dan bentuk LAA untuk memastikan ukuran device yang akan di pasang.
Selain itu TEE juga digunakan untuk mengantisipasi struktur di sekitarnya seperti katup mitral dan pembuluh darah sekitar agar saat tindakan jangan sampai tertutup atau terjepit.
Baca juga: Mengenal Aritmia, Gangguan Irama Jantung Serta Penanganannya
"Selain sebelum tindakan, pada saat tindakan, alat TEE ini juga digunakan untuk memandu dokter operator saat memasang device pada LAA guna memastikan device terpasang pada posisi yang tepat, menutup LAA dengan sempurna, dan tidak ada kebocoran," ujar dr. Herenda Medishita, Sp.JP (K) FIHA, Dokter Spesialis Kardiologi (Jantung dan Pembuluh Darah) dari Mayapada Hospital Tangerang (MHTG).
Evaluasi dilakukan sehari setelah tindakan dengan menggunakan alat Transthoracic Echocardiography, kemudian dilakukan lagi 3 bulan dan 6 bulan pasca tindakan dengan alat TEE untuk memastikan device dan kondisi jantung pasien dalam kondisi baik. Setelah itu evaluasi dapat dilakukan setiap 6 bulan.
Informasi lebih lanjut dan konsultasi ke dokter spesialis jantung kami, hubungi Call Center 150770.
Narasumber:
-
dr. Agung Fabian, Sp.JP (K) FIHA
Dokter Spesialis Kardiologi (Jantung dan Pembuluh Darah)
Konsultan Aritmia
Mayapada Hospital Tangerang (MHTG)
-
dr. Herenda Medishita, Sp.JP (K) FIHA
Dokter Spesialis Kardiologi (Jantung dan Pembuluh Darah)
Konsultan Advanced Echocardiography
Mayapada Hospital Tangerang (MHTG)
tags :
Cardiovascular Center Laa Closure Spesialis Jantung Dan Pembuluh Darah