Ternyata Bedah Kepala Bisa Dilakukan dalam Kondisi Sadar, Lho!
Operasi otak | Operasi otak terjaga | Bedah kepala
Operasi otak terjaga atau awake brain surgery adalah prosedur pembedahan pada otak (kraniotomi) yang dilakukan dalam kondisi pasien tetap sadar atau terjaga.
Operasi otak terjaga dilakukan untuk menangani beberapa kondisi neurologis pada otak, di antaranya tumor otak dan epilepsi.
Operasi ini diperlukan bila area bedah yang dituju berada dekat dengan area otak, yang berisiko menimbulkan kejang atau yang berfungsi untuk mengontrol penglihatan, gerakan, dan bicara, serta fungsi vital lainnya.
Dengan metode otak terjaga ini, dokter dapat memastikan bahwa operasi dilakukan di area otak yang tepat dan dapat meminimalisir kerusakan pada area-area otak yang sehat.
Operasi otak terjaga memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan bedah otak secara konvensional.
Menurut Dokter Spesialis Bedah Saraf Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr. Budi Susanto, Sp.BS, “Operasi otak terjaga memiliki durasi operasi yang lebih singkat sekitar 2 (dua) sampai 3 (tiga) jam."
"Operasi ini dapat meminimalisir risiko kelainan fungsional tubuh (defisit neurologis), dan pasien dapat pulih dengan lebih cepat. Untuk kasus tumor otak, metode ini juga dapat mengambil jaringan tumor secara lebih maksimal,” ujar dr. Budi Susanto, Sp.BS.
Sebelum melakukan operasi otak terjaga, dokter akan melakukan pemeriksaan saraf (neurologis) secara menyeluruh. Pemeriksaan ini bertujuan sebagai pembanding antara kondisi pasien selama dan setelah tindakan operasi.
Selama operasi, pasien dibius dan dibangunkan di tengah operasi saat dokter akan melakukan tindakan pada area-area otak yang vital.
Pasien harus kooperatif dan melakukan perintah dari dokter untuk melakukan gerakan-gerakan tertentu selama operasi berjalan. Hal ini dilakukan agar dokter dapat menilai respon dan fungsi otak dari pasien.
Dengan demikian, dokter dapat melihat dan mengetahui area otak yang masih berfungsi dengan baik dan bisa dipertahankan, sehingga setelah sembuh pasien tetap dapat beraktivitas dan berkarya.
Setiap tindakan bedah tentu memiliki risiko-risiko yang dapat timbul, termasuk potensi risiko pada operasi otak terjaga.
Beberapa kemungkinan risiko yang dapat dialami pasien operasi otak terjaga, meliputi perubahan kualitas penglihatan, kejang dan kesulitan bicara, gangguan ingatan, gangguan keseimbangan, perdarahan, radang otak, hingga kelumpuhan.
“Kemungkinan risiko ini dapat diminimalisir dengan beberapa cara," kata dr. Budi Susanto, Sp.BS. "Seperti melakukan pemantauan intra operasi atau pemantauan secara komprehensif dengan alat monitor khusus selama tindakan dilakukan."
"Alat ini membantu tim dokter untuk melihat fungsi saraf yang memiliki potensi cedera. Selain itu, tim dokter juga akan memantau komplikasi yang mungkin timbul dari tindakan pembiusan menggunakan alat monitor khusus penunjang tindakan pembiusan (anestesi).”
Tindakan operasi otak terjaga membutuhkan skill yang mumpuni dari pada dokter spesialis bedah saraf.
Selain operasi otak terjaga, para dokter spesialis bedah saraf bersama tim dokter multispesialis, serta didukung dengan fasilitas dan peralatan medis yang canggih, mampu menangani berbagai kasus atau gangguan saraf secara komprehensif di layanan unggulan Tahir Neuroscience Center Mayapada Hospital.
Info lebih lanjut mengenai penanganan operasi otak terjaga, hubungi Call Center 150770.
Direview oleh:
dr. Budi Susanto, Sp.BS
Dokter Spesialis Bedah Saraf (Otak, Sumsum Tulang Belakang dan Saraf Tepi)
Mayapada Hospital Jakarta Selatan (MHJS)
Lihat jadwal praktik di sini
tags :
Tahir Neuroscience Center Spesialis Saraf Dan Otak