Pahami Faktor Risiko Kanker Payudara untuk Deteksi Dini

...

Menurut data Global Cancer Observatory 2020 dari World Health Organization (WHO) kanker payudara adalah kasus yang paling banyak terjadi di Indonesia mencapai 16,6 persen kasus dari total 396.914 kasus kanker.

Kanker payudara sendiri merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal dari kelenjar yang menghasilkan susu (lobulus), atau di saluran (duktus) yang membawa air susu dari kelenjar ke puting payudara.

Sama seperti jenis kanker lainnya, terdapat beberapa faktor risiko yang dapat memicu terjadinya kanker payudara. Faktor risiko ini dapat diketahui sejak dini untuk meningkatkan kesadaran akan potensi kanker dan segera melakukan pemeriksaan rutin.

Secara rinci, dr. Bayu Brahma, Sp.B (K) Onk, Dokter Spesialis Bedah Konsultasi Onkologi dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan, menjelaskan beberapa faktor risiko yang dapat dikenali sejak awal, seperti faktor genetik, gender dan usia, serta faktor gaya hidup yang dapat segera diubah sebelum terjadi kanker payudara. 

Faktor risiko pertama adalah, genetik. Ini merupakan faktor risiko terbesar dengan kemungkinan sebesar 5-10 persen. Gen yang berpengaruh dalam kanker payudara adalah gen BRCA1 dan BRCA2. Orang yang memiliki mutasi kedua gen tersebut berisiko lebih tinggi terkena kanker payudara. 

Selanjutnya ada faktor gender dan usia. Kanker payudara umumnya terjadi pada perempuan, dengan usia berisiko di atas 55 tahun. Perempuan yang belum memiliki anak cenderung berisiko 2-4 kali lebih besar dibandingkan perempuan yang telah memiliki anak. 

Hal ini  karena pemberian ASI akan menurunkan risiko terkena kanker payudara. Praktik pemberian ASI oleh perempuan dapat menurunkan kadar hormon estrogen dalam tubuh. 

Semakin panjang perempuan terkena paparan estrogen maka meningkatkan risiko terkena kanker payudara. Pemberian ASI eksklusif minimal 6 bulan secara otomatis menurunkan risiko terkena kanker payudara.

Terakhir, adalah faktor gaya hidup. Kanker payudara sangat erat dengan pola makan dan gaya hidup. Perempuan yang tidak menjaga asupan dan pola makannya dapat berisiko terkena kanker payudara.

Pola makan yang tinggi lemak dan karbohidrat dapat meningkatkan massa tubuh hingga menjadi obesitas. Jika badan menjadi gemuk, dapat memicu produksi estrogen pada tubuh.

Jalani pola hidup sehat dengan mengonsumsi sumber serat dan memperhatikan asupan gula dan lemak. Aktif berolahraga karena dapat menguatkan sistem imunitas dan mengatur keseimbangan hormon. Sel-sel yang dihasilkan oleh tubuh akan menjadi sel yang baik, tidak berubah menjadi sel mutan.
 
Selain mengenali faktor risiko kanker payudara, penting pula untuk melakukan langkah pencegahan dengan melakukan deteksi dini. Dokter Dharmayanti Francisca Badudu, Sp.B (K) Onk, Dokter Spesialis Bedah Onkologi Mayapada Hospital Bandung, menyatakan bahwa kanker payudara yang terdeteksi sejak dini akan memudahkan dalam melakukan penanganan kanker yang tepat dan meningkatkan peluang kesembuhan. 

Langkah pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri (Sadari). Pemeriksaan dilakukan dengan  bercermin sambil memeriksa apakah ada benjolan di payudara, apakah payudara simetris atau ada kelainan yang mengkhawatirkan.

Perhatikan pula bila adanya perubahan pada warna kulit payudara, perubahan struktur kulit atau ada perubahan lain pada payudara maupun puting susu. Pemeriksaan Sadari ini dilakukan pada saat sekitar 3-5 hari setelah haid.
 
Selanjutnya, melakukan pemeriksaan payudara klinis (Sadanis) yang  dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih. Pemeriksaan Sadanis meliputi, mammografi

“Mammografi merupakan tes pemindaian yang dilakukan untuk menangkap gambar jaringan payudara dengan menggunakan teknologi sinar x atau rontgen. Pemeriksaan Mammografi dilakukan sebaiknya setiap 1-3 tahun sekali tergantung faktor risiko pasien.” imbuh dr. Francisca.

Selanjutnya pemeriksaan dengan melakukan USG Payudara. Prinsip utama pemeriksaan ini adalah dengan mendeteksi jaringan kanker atau kista menggunakan gelombang suara. Dilansir dari American Cancer Society, USG payudara dapat dilakukan ketika wanita mengalami perubahan payudara, seperti munculnya kista atau benjolan padat/solid yang mengarah pada keganasan atau wanita usia <40 tahun. 

“Kelompok wanita yang disarankan untuk melakukan USG payudara, seperti wanita dengan usia di bawah 25 tahun, wanita yang hamil dan menyusui, wanita dengan implan silikon” tambah dr. Francisca.

Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang menyeluruh, maka pemeriksaan klinis kanker payudara perlu dilakukan oleh tenaga medis profesional di layanan khusus penanganan kanker seperti Oncology Center Mayapada Hospital.  

Layanan Oncology Center Mayapada Hospital adalah layanan one-stop-service untuk tumor dan kanker dengan fasilitas terkini, mulai dari pencegahan, deteksi, diagnosis, dan terapi berkelanjutan. 

Oncology Center Mayapada Hospital didukung oleh Tumor Board yang aktif dalam memberikan rencana perawatan secara tepat. Selain itu, tersedia layanan Patient Navigator yang terdiri dari tim dokter dan perawat yang siap mendampingi pasien dalam setiap langkah perawatan.  

Pencegahan kanker payudara dengan pemeriksaan Mammografi dan USG Payudara, serta konsultasi bersama dokter onkologi yang hebat dapat dilakukan di Oncology Center melalui aplikasi Mycare milik Mayapada Hospital.  

Melalui MyCare, pasien dapat mengakses layanan dengan cepat karena dapat memperoleh nomor antrean lebih awal dengan proses transaksi layanan melalui berbagai metode pembayaran. Berbagai informasi terkait penanganan kanker payudara di Oncology Center juga terdapat dalam fitur Health Articles di MyCare. 

Unduh MyCare di Google Play Store dan App Store, pengguna yang baru pertama kali registrasi akan mendapat point reward untuk potongan harga layanan di Mayapada Hospital.

tags :

Oncology Center