Waspada! Penyakit Hidrosefalus Bisa Menyasar Bayi dan Orang Dewasa

...

Penyakit Hidrosefalus | Penyebab Hidrosefalus | Gejala Hidrosefalus
 

Penyakit Hidrosefalus adalah kondisi di mana cairan dalam rongga otak meningkat secara berlebihan sehingga menyebabkan tekanan pada otak dan membuat ukuran kepala membesar. 

Cairan dalam rongga otak yang dimaksud bernama cairan serebrospinal, yaitu cairan bening dan tidak berwarna yang mengalir di dalam serta sekitar otak dan sumsum tulang belakang. 

Cairan ini berfungsi untuk menjaga otak tetap mengambang di rongga kepala, menjadi bantalan dan melindungi otak dari benturan, menjaga keseimbangan tekanan di dalam otak, serta membuang produk sisa metabolisme otak.

Peningkatan cairan serebrospinal dapat disebabkan oleh tidak seimbangnya produksi cairan serebrospinal dengan penyerapan kembali cairan tersebut, misalnya karena terdapat sumbatan pada aliran cairan, penyerapan tidak maksimal, atau produksi yang berlebihan.  

Padahal, tekanan cairan serebrospinal yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan otak dan menimbulkan berbagai macam gangguan fungsi otak. 


Apakah benar Penyakit Hidrosefalus bisa terjadi pada orang dewasa?

Hidrosefalus umumnya terjadi pada bayi baru lahir, namun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada berbagai usia terutama orangtua berusia di atas 60 tahun.


Apa saja gejala Penyakit Hidrosefalus?

Gejalanya pun bervariasi, tergantung pada usia pasien saat penyakit ini timbul. Pada bayi, gejala hidrosefalus meliputi:

  • Kepala membesar tidak sesuai usia
  • Ubun-ubun menonjol atau tegang
  • Mual dan muntah,
  • Menangis melengking
  • Tampak mengantuk, lesu, atau bahkan rewel
  • Gangguan menyusu
  • Kejang
  • Mata memandang ke bawah (sunset eye phenomenon)
  • Gangguan pada ketegangan dan kekuatan otot. 

Sementara pada anak yang lebih tua atau dewasa, gejala yang timbul dapat berupa: 

  • Nyeri kepala
  • Gangguan pada penglihatan dan gerakan bola mata,
  • Mual dan muntah
  • Tampak mengantuk dan lesu
  • Gangguan keseimbangan dan koordinasi gerakan tubuh
  • Gangguan nafsu makan
  • Sering atau tidak bisa menahan Buang Air Kecil (BAK)
  • Perubahan kepribadian
  • Penurunan daya ingat atau kemampuan kognitif
     

Faktor risiko Penyakit Hidrosefalus

Tidak semua kasus hidrosefalus diketahui penyebabnya, namun terdapat beberapa faktor risiko yang dapat memicu terjadinya hidrosefalus, antara lain: 

  • Gangguan perkembangan otak dan sistem saraf bayi saat dalam kandungan
  • Perdarahan di otak atau di dalam rongga otak akibat cedera
  • Perdarahan di otak akibat stroke pada orang dewasa
  • Infeksi atau peradangan pada otak serta tumor
     

Bagaimana cara mencegah Penyakit Hidrosefalus?

Hingga saat ini, belum ditemukan cara untuk mencegah hidrosefalus, akan tetapi risikonya dapat diketahui sejak dini dan dikurangi, dengan cara: Rutin melakukan pemeriksaan antenatal selama kehamilan dan melakukan vaksinasi untuk membantu mencegah terjadinya penyakit dan infeksi yang berhubungan dengan hidrosefalus. 
 

Pemeriksaan Penyakit Hidrosefalus

Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan: 

  • Fisik dan neurologis (saraf)
  • USG kepala bayi
  • CT scan atau MRI kepala, untuk melihat pembesaran rongga otak dan mengidentifikasi penyebab atau faktor risiko pemicu terjadinya hidrosefalus.


Penanganan Penyakit Hidrosefalus

Penanganan hidrosefalus dilakukan secara operatif, dengan menggunakan salah 1 (satu) dari 2 (dua) metode yang ada, yaitu dengan sistem shunt atau dengan endoskopi ventrikulostomi. 

Sistem shunt merupakan tindakan pembedahan yang paling umum dilakukan pada kasus hidrosefalus dengan memasukkan selang drainase untuk mengalirkan kelebihan cairan serebrospinal ke bagian tubuh lain, biasanya ke rongga perut. 

Sedangkan endoskopi ventrikulostomi, merupakan tindakan pembedahan menggunakan endoskopi untuk melihat keadaan di dalam otak, kemudian membuat lubang kecil di salah satu ventrikel guna mengalirkan cairan serebrospinal keluar.

Salah satu kasus hidrosefalus terjadi pada seorang bayi laki-laki berusia 2 bulan berinisial F di Bandung. Bayi F dibawa oleh kedua orangtuanya ke Mayapada Hospital Bandung (MHBD) karena mereka curiga dengan ukuran kepala anaknya yang terus membesar. 

Setelah dilakukan pemeriksaan secara lengkap, bayi F didiagnosis mengalami hidrosefalus dan dilakukan tindakan pembedahan shunt oleh Prof. dr. Ahmad Faried, Sp.BS, Subsp.N-Onk (K), PhD, FICS dan tim pada tanggal 8 Agustus 2023. Pembedahan shunt pada bayi F berjalan lancar dan saat ini bayi F telah pulang dengan kondisi baik.

Pada kebanyakan kasus, hidrosefalus dapat terus memburuk dengan komplikasi yang dapat terjadi, seperti gangguan pertumbuhan fisik, intelektual, bahkan dapat mengancam nyawa. Oleh karena itu, penanganan yang tepat dan sedini mungkin perlu menjadi perhatian bersama agar komplikasi hidrosefalus dapat dicegah. 

Mayapada Hospital, melalui salah satu layanan unggulan terpadu untuk penanganan kesehatan saraf yaitu Tahir Neuroscience Center, dapat menangani kasus hidrosefalus maupun kasus-kasus lainnya yang berkaitan dengan otak. Konsultasikan segera untuk mendapatkan penanganan yang tepat bersama Mayapada Hospital. 

Informasi atau konsultasi lebih lanjut, hubungi Call Center 150770

Sekarang #JadiMudah buat janji temu dokter spesialis kami melalui aplikasi MyCare by Mayapada Hospital.

Dengan aplikasi MyCare, pasien dapat mengakses layanan dengan cepat karena dapat memperoleh nomor antrean lebih awal dengan proses transaksi layanan yang praktis di berbagai kanal pembayaran.

MyCare juga menyajikan berbagai informasi kesehatan lengkap juga terangkum dalam fitur Health Articles & Tips.

Direview oleh:

Prof. dr. Ahmad Faried, Sp.BS, Subsp.N-Onk (K), PhD, FICS

Dokter Spesialis Bedah Saraf (Otak, Sumsum Tulang Belakang dan Saraf Tepi) - Konsultan Bedah Saraf Onkologi

Mayapada Hospital Bandung (MHBD)

Lihat jadwal praktek di sini

 

tags :

Tahir Neuroscience Center Spesialis Saraf Dan Otak Hidrosefalus