Operasi Bariatrik | Bedah Bariatrik di Indonesia | Bariatric Surgery in Indonesia

...

Operasi Bariatrik | Bedah Bariatrik di Indonesia 

Apa itu operasi bariatrik (bariatric surgery)?

Prosedur bariatrik merupakan tindakan operasi untuk mengatasi obesitas dan memperbaiki komorbid atau penyakit penyerta dengan mengubah struktur saluran cerna. 

Perubahan ini nantinya akan membantu membatasi konsumsi jumlah makanan sekaligus memengaruhi nafsu makan. 

Menurut dr. Anita Hartono, Sp.B., Subsp.BD (K) dari Mayapada Hospital Surabaya, “Operasi bariatrik dikenal juga dengan bedah metabolik, yaitu tindakan bedah pada sistem pencernaan bagian atas untuk membantu menurunkan berat badan.”

Ada banyak komorbid yang bisa terjadi akibat obesitas (berat badan berlebih). 

“Beberapa di antaranya sering sakit kepala, hipertensi, diabetes mellitus atau kencing manis, batu empedu, mengorok hebat, gangguan jantung, napas sesak, varises, ketidaksuburan, radang sendi pada lutut, hingga hormonal imbalance,” jelas Dr. dr. Errawan Wiradisuria, Sp.B., Subsp.BD (K), M.Kes dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan dan Kuningan. 


Kapan seseorang harus menjalani operasi bariatrik?

Operasi ini umumnya bisa dilakukan oleh orang berusia 15-70 tahun. 

Namun, ada beberapa indikasi yang harus diikuti untuk menentukan apakah seseorang bisa mengikuti tindakan bariatrik atau tidak. 

Indikasi utamanya dilihat dari Indeks Massa Tubuh atau dikenal juga dengan Body Mass Index (BMI). 

“Bariatrik hanya bisa diikuti oleh mereka yang BMI-nya di atas 35. Tapi bisa juga dilakukan oleh mereka dengan BMI 30 yang memiliki komorbid,” ujar dr. Errawan. 

“Bagi mereka yang punya riwayat kencing manis atau diabetes selama 10 tahun dan tidak berhasil dengan obat, tindakan bariatrik tetap bisa dilakukan pada BMI 27,5.” 


Bagaimana proses operasi bariatrik dilakukan?

Pada praktiknya, pembedahan bariatrik menggunakan teknik laparoskopi di mana hanya menimbulkan sayatan kecil selebar 12 mm, 11 mm, dan 5 mm. 

Metode bariatrik sendiri ada beberapa jenis, namun metode paling populer saat ini adalah Sleeve Gastrectomy karena dianggap paling cepat, sederhana, dan relatif aman. 

Menurut dr. Errawan, metode ini dilakukan dengan membuang sekitar 65-70% bagian lambung, membuat daya tampung lambung berkurang secara signifikan, sehingga pasien jadi lebih cepat kenyang.


Bagaimana cara menyiapkan diri sebelum menjalani operasi bariatrik?

Sebelum tindakan medis dilakukan, ada beberapa prosedur yang perlu dilewati. 

Jika kriteria pasien sudah sesuai dengan indikasi, akan dilanjutkan dengan medical check-up seperti tes darah dan rekam jantung. 

Dibutuhkan juga tes endoskopi untuk melihat kondisi saluran cerna bagian atas. Hal ini ditujukan untuk menentukan tipe pembedahan bariatrik seperti apa yang akan dijalankan. 

Tindakan USG pun akan dilakukan untuk melihat apakah ada batu empedu atau tidak. Jika memang ada, dokter akan menyarankan untuk pengangkatan kantung empedu dalam waktu yang sama. 

Pasien juga akan diminta untuk diet cair rendah kalori-lemak dan tinggi protein selama 1-2 minggu sebelum operasi demi menurunkan berat badan, mengempiskan usus, dan mengurangi fatty liver sehingga mempermudah proses pembedahan. 

“Contohnya seperti susu kedelai, air kaldu, dan sari buah. Dalam sehari bisa konsumsi sebanyak 8-10 kali,” jelas dr. Errawan. 

Selain dokter bedah, pasien akan berkonsultasi dengan ahli gizi yang akan membantu proses perubahan pola makan. 

Bagi pasien yang merokok, diharapkan bisa berhenti merokok selama dua minggu sebelum tindakan. Durasi bedah bariatrik sendiri berlangsung selama dua-lima jam tergantung dari jenis tindakannya.


Berapa lama pemulihan setelah operasi bariatrik?

Nyatanya, pemulihan usai pembedahan bariatrik tidak membutuhkan waktu lama. Hal ini disebabkan karena tindakan ini merupakan salah satu tindakan bedah laparoskopi yang minim sayatan. 

“Sayatan-sayatan kecil ini mengakibatkan trauma yang minimal sehingga proses pemulihan hanya memerlukan waktu singkat,” jelas Dr. dr. Reno Rudiman MSc, Sp.B-SubSp BD (K), FICS, FCSI dari Mayapada Hospital Bandung. 

Ia juga menjelaskan pada hari pertama pascaoperasi, pasien diharapkan sudah bisa berjalan. 


Apa perubahan gaya hidup yang diperlukan setelah operasi bariatrik?

“Dianjurkan untuk olahraga teratur demi membakar lemak yang masih ada dalam tubuh,” ujar dr. Reno. 

Olahraga yang disarankan bersifat aerobik seperti jalan cepat. 

Selain itu, ia juga menyarankan untuk menghindari minum menggunakan sedotan karena volume cairannya tidak terukur dibanding saat meneguk langsung sehingga dikhawatirkan cairan tersebut akan masuk terlalu banyak untuk porsi lambung yang sudah mengecil. 

Dari segi makanan, dr. Anita dari Mayapada Hospital Surabaya mengungkapkan, “Pasien perlu mengikuti arahan makan yang sesuai dari ahli gizi, cairan yang dikonsumsi juga harus cukup, karena pasien hanya bisa mengonsumsi makanan dalam porsi kecil. Jadi harus makan lebih sering.” 

“Multivitamin juga harus dikonsumsi sesuai aturan. Hindari makanan pedas, asam, dan bergula serta hindari juga minuman bersoda, alkohol, dan rokok”. 

Ia juga menambahkan bahwa makanan yang dianjurkan adalah jenis protein seperti telur, dada ayam, dan ikan.


Rumah sakit mana yang mempunyai layanan operasi bariatrik?

Operasi bariatrik bisa dilakukan di Mayapada Hospital. Jadi, tak perlu jauh-jauh ke luar negeri untuk bisa mencobanya. 

Jika Anda memang memenuhi kriteria dan ingin mencoba langsung, pilih dokter dan rumah sakit terpercaya. 

Mayapada Healthcare Group terus memberikan patient journey yang semakin baik, aman, dan berstandar internasional selaras dengan akreditasi internasional JCI yang dimiliki unit Mayapada Hospital Jakarta Selatan.

Buat janji konsultasi dengan dokter spesialis kami mengenai operasi bariatrik melalui Call Center 150770.


Tim dokter bedah bariatrik Mayapada Hospital

Dr. dr. Errawan Wiradisuria, Sp.B., Subsp.BD (K), M.Kes
Dr. dr. Reno Rudiman MSc, Sp.B., SubSp.BD(K), FICS, FCSI
dr. Anita Hartono, Sp.B., Subsp.BD (K)

tags :

Bedah Digestif Bariatrik