Suka BAB Nggak Tuntas? Jangan-Jangan Kanker Kolorektal!

Di tengah kesibukan, banyak perempuan usia produktif memilih kuliner favorit sebagai bentuk self-reward. Namun, terlalu sering menikmati makanan tinggi lemak, rendah serat, dan olahan bisa menjadi bumerang.
Kebiasaan ini bisa memicu gangguan kesehatan serius, termasuk kanker kolorektal. Kanker yang menyerang usus besar dan rektum.
Ancaman yang Sering Tak Disadari
Kanker kolorektal kerap hadir tanpa gejala di tahap awal. Hal ini menyebabkan banyak kasus baru ditemukan saat sudah memasuki stadium lanjut.
"Setidaknya ada beberapa gejala umum dari kanker usus besar yang harus diperhatikan, meliputi perdarahan dari dubur, adanya lendir dan noda darah pada tinja, serta sering BAB namun selalu merasa tidak tuntas. Jika ini terjadi segeralah lakukan pemeriksaan," jelas dr. Muhamad Yugo Hario Sakti Dua, Sp.PD-KGEH, Mayapada Hospital Jakarta Selatan.
Pahami Faktor Risikonya
Risiko kanker kolorektal meningkat jika Anda memiliki:
- Riwayat keluarga dengan kanker usus besar
- Faktor genetik
- Obesitas dan diabetes
- Polip di usus besar
- Riwayat terapi radiasi di area perut/panggul
- Gaya hidup tidak sehat (kurang gerak, merokok, konsumsi alkohol, diet tinggi lemak dan rendah serat)
Baca juga: Turunkan Resiko Kanker Usus Dengan Rajin Konsumsi Ini…
Kapan Harus Mulai Skrining? American Cancer Society merekomendasikan skrining rutin mulai usia 45 tahun. Namun, bagi yang punya faktor risiko tinggi, sebaiknya skrining dilakukan lebih awal.
Kolonoskopi: Standar Emas Deteksi Dini
Kolonoskopi membantu melihat langsung bagian dalam usus besar untuk mendeteksi polip atau tanda kanker.
“Kolonoskopi adalah pemeriksaan dengan alat endoskopi yang dimasukkan ke dalam usus besar melalui dubur untuk mendapatkan gambaran langsung. Alternatifnya, virtual kolonoskopi menggunakan sinar-X dosis rendah untuk membuat gambaran 3D bagian dalam usus besar dan rektum,” ucap dr. Hendra Nurjadin, Sp.PD-KGEH, Mayapada Hospital Tangerang.
“Kolonoskopi menjadi standar emas dalam skrining dan diagnosis kanker kolorektal. Teknologi medis saat ini memungkinkan prosedur yang lebih nyaman dan cepat, seperti virtual kolonoskopi yang hanya memakan waktu kurang dari 30 menit,” sambung dr. Lukas Mulyono Samuel, Sp.PD-KGEH, Mayapada Hospital Bandung.
Jika Didiagnosis: Apa Langkah Selanjutnya?
Tindakan pembedahan menjadi pilihan utama, tergantung dari lokasi dan stadium kanker.
”Tindakan penanganan kanker usus besar akan dilakukan sesuai dengan lokasi dan stadium kanker, penyebaran kanker, serta kondisi pasien secara menyeluruh,” jelas dr. Taufik Budi Satrio, Sp.B-KBD, Mayapada Hospital Tangerang.
“Jika masih dalam stadium awal, pengobatan kuratif dapat dilakukan melalui pembedahan untuk mengangkat kanker, kemoterapi, radioterapi, atau kombinasi terapi,” ucap dr. Rio Andreas, Sp.B, SubSp.BD(K), M.Biomed.FINACS, Mayapada Hospital Bogor.
Lengkap dan Terpadu di Satu Tempat
Seluruh tahapan pemeriksaan dan penanganan kanker kolorektal dapat dilakukan di Gastrohepatology Center Mayapada Hospital. Dengan dukungan fasilitas canggih dan tim dokter spesialis multidisiplin, skrining dan perawatan menjadi lebih efektif dan efisien.
Mayapada Hospital memiliki Oncology Center yang telah menangani hingga 9.000 kasus kanker dalam dua tahun terakhir. Penanganannya didukung oleh:
- Tumor Board → merancang rencana perawatan yang terkoordinasi
- Patient Navigator → mendampingi pasien selama proses pengobatan
Jika Anda mengalami gejala mencurigakan pada saluran cerna, segera konsultasikan melalui aplikasi MyCare dan call center 150770. MyCare juga menyediakan fitur Personal Health yang memantau jumlah langkah, detak jantung, kalori, hingga BMI. Lengkap dengan artikel kesehatan dan tips hidup sehat.
#JadiMudah Unduh MyCare di Google Play Store dan App Store sekarang dan nikmati reward poin untuk potongan harga layanan Mayapada Hospital
Selanjutnya: Olahraga Teratur, Kunci Tubuh Bugar Sepanjang Hari
tags :
Gastrohepatology Center Oncology Center Kanker Kolorektal Bedah Digestif