Ancaman Tersembunyi Kanker Kolorektal di Usia Senja

Perempuan di usia produktif seringkali dihadapkan pada tuntutan pekerjaan dan tanggung jawab rumah tangga yang padat, sehingga tubuh menjadi lebih rentan terhadap kelelahan.
Dalam menghadapi kondisi ini, memberikan self reward seperti mengonsumsi makanan minuman favorit atau mencoba berbagai kuliner hits cepat saji bersama rekan kerja atau keluarga, menjadi cara untuk merayakan pencapaian atau sekadar memanjakan diri.
Namun faktanya, sering mengonsumsi makanan cepat saji diikuti dengan kurang memperhatikan gaya hidup sehat dapat memicu beragam ancaman penyakit di kemudian hari, seperti kanker usus besar atau Kanker Kolorektal.
Jenis kanker yang terjadi pada usus besar dan rektum ini dapat menjadi ancaman karena merupakan silent cancer, kanker yang gejalanya sulit dideteksi, bahkan dapat timbul saat kondisi semakin memburuk. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengenali gejala, faktor risikonya, dan melakukan deteksi dini.
Gejala dan Faktor Risiko Kanker Kolorektal
Kasus kanker kolorektal masih menempati urutan ke-3 kasus kanker yang sering terjadi pada perempuan dan laki-laki. Berkaitan dengan fakta tersebut, perlu untuk diketahui bersama gejala-gejala yang mungkin saja mengarah kepada kanker Kolorektal.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroentero Hepatologi Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr. Muhamad Yugo Hario Sakti Dua, Sp.PD-KGEH menjelaskan,
"Setidaknya ada beberapa gejala umum dari kanker usus besar yang harus diperhatikan, meliputi perdarahan dari dubur, adanya lendir dan noda darah pada tinja, serta sering BAB namun selalu merasa tidak tuntas. Jika ini terjadi, segeralah lakukan pemeriksaan."
Selain gejala di atas, Dokter Hario mengungkapkan adanya beberapa faktor yang dapat memicu risiko kanker kolorektal, antara lain riwayat keluarga dengan kanker usus besar, faktor genetik, kondisi penyerta seperti obesitas dan diabetes, terdiagnosis polip pada usus besar, atau pernah menjalani terapi radiasi di area perut atau pelvis.
Baca juga: Turunkan Resiko Kanker Usus Dengan Rajin Konsumsi Ini…
Gaya Hidup dan Deteksi Dini
Kanker kolorektal dapat terjadi akibat gaya hidup tidak sehat. Pola makan tinggi lemak, rendah serat, serta konsumsi makanan olahan dan daging merah berlebihan sering dikaitkan dengan meningkatnya risiko penyakit ini.
Selain itu, kurangnya aktivitas fisik, kebiasaan merokok, dan konsumsi alkohol dalam jumlah besar juga menjadi faktor yang memperburuk kondisi kesehatan usus besar. Kebiasaan buruk ini tidak hanya meningkatkan risiko kanker kolorektal di usia lanjut tetapi juga dapat memicu kemunculannya di usia yang lebih muda.
The American Cancer Society merekomendasikan skrining kanker kolorektal dimulai pada usia 45 tahun untuk mendeteksi dini kanker atau polip yang berpotensi berkembang, sehingga pengobatan dapat dilakukan sebelum penyakit berkembang lebih jauh.
Bahkan, bagi individu dengan faktor risiko seperti riwayat keluarga, penyakit radang usus, atau gaya hidup tidak sehat, skrining dapat dilakukan lebih awal guna menekan angka kejadian dan kematian akibat kanker kolorektal.
Metode Skrining dan Pengobatan
Selaras dengan rekomendasi dari American Cancer Society, dr. Hendra Nurjadin, Sp.PD, KGEH selaku Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroentero Hepatologi Mayapada Hospital Tangerang juga mengimbau masyarakat untuk melakukan deteksi dini melalui prosedur kolonoskopi, yang dapat dilakukan baik dengan prosedur kolonoskopi konvensional maupun virtual kolonoskopi.
“Kolonoskopi adalah pemeriksaan menggunakan alat endoskopi berbentuk seperti selang dengan kamera di ujungnya yang dimasukkan ke dalam usus besar melalui lubang dubur, bertujuan untuk mendapatkan gambaran usus besar secara langsung Metode kolonoskopi konvensional ini sering menimbulkan rasa tidak nyaman bagi pasien, namun saat ini sudah ada alternatif virtual kolonoskopi di mana menggunakan sinar-X dosis rendah untuk membuat gambaran 3D bagian dalam usus besar dan rektum,” jelas Dokter Hendra.
Lebih lanjut, Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Internist) Konsultan Gastroentero Hepatologi Mayapada Hospital Bandung, dr. Lukas Mulyono Samuel, Sp.PD-KGEH menjelaskan bahwa, prosedur kolonoskopi sensitif untuk mendeteksi adanya kelainan, seperti polip atau benjolan pada usus besar. Ia menjelaskan,
“Kolonoskopi menjadi gold standard dalam pemeriksaan skrining dan diagnostik kanker kolorektal. Seiring dengan kemajuan teknologi medis, saat ini skrining kolorektal memiliki alternatif lain, yaitu Virtual Kolonoskopi, di mana tidak perlu memasukkan selang ke dalam rektum, sehingga pasien merasa lebih nyaman dan prosesnya pun hanya memakan waktu kurang dari 30 menit."
Kanker kolorektal yang telah didiagnosis akan ditangani dengan tindakan pembedahan.
“Kanker usus besar dapat ditangani dengan operasi kolorektal, baik melalui operasi terbuka (laparotomi) maupun bedah minimal invasif atau bedah laparoskopi. Tindakan penanganan kanker usus besar akan dilakukan sesuai dengan lokasi dan stadium kanker, penyebaran kanker, serta kondisi pasien secara menyeluruh,” ujar dr. Taufik Budi Satrio, Sp.B - KBD, Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif Mayapada Hospital Tangerang.
Lebih lanjut, Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif Mayapada Hospital Bogor, dr. Rio Andreas, Sp.B, .SubSp.BD(K) M.Biomed.FINACS mengatakan,
"Kemungkinan keberhasilan untuk sembuh akan jauh lebih besar jika kanker dideteksi sejak dini dan ditemukan dalam kondisi stadium awal. Jika masih pada stadium awal, tindakan pengobatan (kuratif) masih bisa dilakukan, dengan pembedahan usus untuk membuang kanker, kemoterapi, radioterapi, atau kombinasi terapi tersebut.”
Layanan Medis dan Konsultasi
Pemeriksaan saluran cerna dengan kolonoskopi ataupun penanganan kanker usus besar yang membutuhkan serangkaian prosedur komprehensif dapat dilakukan di Gastrohepatology Center Mayapada Hospital, lengkap dengan fasilitas medis canggih untuk mendukung proses perawatan yang komprehensif.
Layanan ini didukung oleh tim dokter multidisiplin yang kompeten dalam menangani gangguan saluran pencernaan pada dewasa maupun anak, mulai dari skrining atau deteksi dini hingga diagnosis dan pembedahan.
Apabila ada kecurigaan terhadap gejala yang dirasakan pada saluran cerna, segera periksa dan konsultasi di Gastrohepatology Center Mayapada Hospital melalui call centre 150770 atau melalui aplikasi MyCare milik Mayapada Hospital.
Dalam satu aplikasi, MyCare mempermudah pasien dalam mengakses berbagai layanan kesehatan di Mayapada Hospital, mulai dari membuat jadwal pemeriksaan, konsultasi dokter secara langsung maupun virtual (telekonsultasi), hingga akses layanan kegawatdaruratan melalui fitur Emergency Call. Aplikasi ini juga terhubung dengan berbagai metode pembayaran yang sudah dapat digunakan di berbagai unit Mayapada Hospital.
MyCare juga menyajikan berbagai informasi dan tips kesehatan dalam fitur Health Articles & Tips, serta dapat terkoneksi dengan Google Fit dan Health Access yang dapat memantau aktivitas tubuh dari menghitung jumlah langkah kaki, detak jantung, jumlah kalori terbakar, dan Body Mass Index (BMI).
Unduh MyCare di Google Play Store atau App Store dan dapatkan reward point potongan harga bagi pengguna baru di berbagai layanan kesehatan Mayapada Hospital.
Selanjutnya:
tags :
Gastrohepatology Center Bedah Digestif