Sempat Kritis, Pasien Covid-19 Sembuh Setelah Menjalani Terapi Plasma Konvaselen
Aliyudin, 49 tahun, sudah pasrah. Karyawan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini mulai berpikiran ngawur. Ia meminta kepada dokter yang merawat, jika tidak ada harapan hidup, ia ingin dibius saja supaya tidak terasa sakit.
Aliyudin adalah pasien Covid-19. Mulanya ia merasa batuk. “Saya berpikir mungkin masuk angin biasa,” ujarnya. Ia pun hanya melakukan pengobatan tradisional, seperti minta dikerokin di tubuh, berharap sembuh dari masuk angin.
Semakin hari, ia terus saja batuk, dan mengalami demam hingga 38.5 derajat celcius. Sudah diberi obat penurun panas, tidak kunjung turun. Keluarga memutuskan membawanya ke Mayapada Hospital.
Ia ceritakan keluhan sakitnya ke dokter, bahwa sakitnya tidak kunjung sembuh. Ia bercerita pernah melayani penumpang pesawat yang terkena Covid-19. Setelah diperiksa menggunakan PCR Swab, hasilnya positif.
Keluhan sakit yang dialaminya tidak hanya batuk dan demam. “Saya sempat nggak bisa napas sama sekali. Sempat kritis,” katanya. “Mulut kering. Kalau minum malah haus, minum lagi malah haus, begitu terus.”
Aliyudin bilang, awalnya ia ingin menyerah saja. Ia merasa harapan untuk hidup kecil. “Saya bilang ke dokter kalau mau mati, saya dibius aja supaya nggak sakit,” katanya. “Beruntung saya bertemu orang baik di sini.”
Aiyudin mendapat perawatan intensif dan dirawat di ruangan khusus pasien Covid-19. Ia terlihat lebih segar setelah mendapat pengobatan terapi plasma konvalesen.
Sebagaimana dilansir dari The Verge, terapi plasma darah konvalesen sudah dipakai oleh dunia medis selama seabad itu dilakukan dengan cara menyedot darah dari pasien yang sembuh Covid-19 dan memasukkannya kembali ke orang sakit.
“Terapi plasma konvalesen cukup menjanjikan karena sudah terbukti untuk pandemi sebelumnya,” ujar dr. Shinta Vera Renata Hutajulu, SpAN-KIC, Spesialis Anestesi (Konsultan Intensive Care) dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan (MHJS).
Cerita dr. Shinta Vera Renata, pasien Aliyudin mendapat perawatan terapi plasma konvalesen memasuki minggu kedua dia dirawat di Mayapada Hospital.
Setelah beberapa minggu menjalani perawatan terapi plasma konvalesen, Aliyudin sudah tidak membutuhkan alat bantu napas lagi. “Bahkan hasil pemeriksaan thorax-nya bagus sekali," ujar dr. Shinta.
Terapi plasma konvalesen termasuk perdana diterapkan di Mayapada Hospital terhadap pasien Covid-19. Menurut dr. Shinta, ia mendapat pengetahuan tentang terapi plasma konvalesen dari buku Penatalaksanaan Terapi Plasma Konvalesen Bagi Pasien Covid-19 di Indonesia yang diinisiasi oleh Dr dr Theresia Monica Rahardjo SpAn KIC MSi.
Pemeriksaan terakhir PCR Swab terhadap Aliyudin hasilnya negatif. Dan itu hasil pemeriksaan ketiganya yang hasilnya negatif. Ia dinyatakan sembuh. “Terima kasih dukungan dan doanya. Alhamdulilah sampai sekarang saya bisa bernapas lagi tidak seperti kemarin-kemarin,” ujarnya.
Di masa pandemi ini, Mayapada Hospital juga menyediakan layanan pemeriksaan PCR Swab dan Rapid Test. Hasil pemeriksaan PCR Swab keluar dalam waktu tercepat 6 jam – 3 hari dengan harga mulai dari Rp1.5 juta rupiah. Informasi lengkap, silakan cek di sini.
*Foto hanya ilustrasi pasien
tags :
Covid-19 Pcr Swab Test Rapid Test