Sering Mengompol saat Dewasa? Bisa Jadi itu Inkontinensia Urine!
Apa itu Inkontinensia Urine?
Inkontinensia urine (IU) / mengompol adalah keluarnya urine tanpa dikehendaki. Kebanyakan pasien mengeluhkan IU / mengompol sesekali, namun ada juga yang mengeluhkan mengompol lebih sering dalam jumlah kecil hingga sedang. Inkontinensia urine termasuk kondisi yang cukup sering terjadi dan mengganggu.
Jenis Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine dikelompokkan menjadi beberapa jenis:
-
Stress incontinence / IU tipe tekanan, adalah keluarnya urine tanpa dikehendaki ketika terjadi peningkatan tekanan mendadak pada perut dan kandung kemih seperti saat batuk, bersin, tertawa, atau mengangkat beban berat.
-
Urge incontinence / IU tipe desakan, ditandai dengan perasaan ingin berkemih yang sulit untuk ditahan dan akhirnya menyebabkan mengompol. Pasien juga merasa lebih sering ingin berkemih di siang dan malam hari, dikenal dengan gejala overactive bladder.
-
Overflow incontinence / IU tipe luapan, ditandai dengan urine yang keluar tanpa dikehendaki karena kandung kemih penuh atau tetap terisi urine setelah berkemih.
-
Functional incontinence, terjadi akibat adanya gangguan fisik atau mental yang menghambat pasien pergi ke toilet tepat waktu, misalnya bila pasien memiliki radang sendi yang berat sehingga sulit untuk beranjak ke toilet dengan cepat.
-
Mixed incontinence / IU tipe campuran, apabila pasien mengalami lebih dari satu jenis IU, paling sering merupakan kombinasi dari stress incontinence dan urge incontinence.
Penyebab Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine dapat disebabkan oleh kebiasaan sehari-hari maupun masalah medis. IU dapat dipengaruhi oleh diet seperti beberapa makanan/minuman/obat yang merangsang kandung kemih dan meningkatkan volume urine, seperti:
-
Alkohol
-
Kopi
-
Teh
-
Minuman berkarbonasi
-
Pemanis buatan
-
Cokelat
-
Makanan pedas/manis/asam
-
Beberapa obat jantung dan penurun tekanan darah
-
Vitamin C dosis tinggi
Selain itu inkontinensia urine juga dapat disebabkan oleh beberapa kondisi medis:
-
Infeksi saluran kencing
-
Konstipasi (susah BAB)
-
Kehamilan dan persalinan
-
Pertambahan usia
-
Menopause
-
Pembesaran prostat (baik jinak maupun kanker)
-
Sumbatan saluran kemih
-
Maupun gangguan syaraf/neurologis (misalnya Parkinson, stroke, gangguan tulang belakang dll)
Kapan harus ke dokter?
Meskipun semakin sering terjadi seiring bertambahnya usia, bukan berarti IU merupakan masalah penuaan yang tidak bisa diatasi.
Segera konsultasikan ke dokter apabila keluhan IU menyebabkan gangguan aktivitas dan interaksi sosial, menurunkan kualitas hidup, atau meningkatkan risiko jatuh dan cedera pada orang tua akibat terburu-buru ke toilet.
Pemeriksaan yang dilakukan pada IU bertujuan untuk menentukan jenis IU yang dialami, sehingga pemilihan tata laksana dapat ditentukan dengan tepat.
Dokter akan menanyakan riwayat kesehatan, melakukan pemeriksaan fisik, termasuk meminta pasien membuat catatan harian berkemih. Dokter juga dapat meminta pemeriksaan tambahan seperti:
-
Pemeriksaan urine (urinalisis) untuk melihat tanda infeksi dan gangguan lain pada saluran kemih.
-
Pemeriksaan USG saluran kemih untuk melihat anatomi saluran kemih.
-
Pemeriksaan laju pancaran urine (uroflowmetry) dan sisa urine pasca berkemih.
-
Pemeriksaan urodinamik dengan memasukkan kateter ke dalam kandung kemih untuk memeriksa fungsi saluran kemih bagian bawah.
-
Sistoskopi untuk memeriksa kondisi saluran kemih bagian bawah (kandung kemih dan uretra).
Tata laksana IU tergantung pada jenis, tingkat keparahan, dan penyebab. Jika terdapat kondisi penyerta yang menyebabkan terjadinya IU, maka dokter akan mengobati kondisi tersebut terlebih dahulu, atau mungkin diperlukan kombinasi pengobatan. Pilihan tata laksana yang dapat dilakukan meliputi :
-
Pengaturan pola makan dan minum.
-
Terapi otot dasar panggul (Kegel exercise).
-
Latihan kandung kemih (bladder training) seperti berkemih teratur sesuai jadwal dan double voiding.
-
Pemberian obat-obatan.
-
Stimulasi listrik dengan menggunakan elektroda untuk merangsang dan menguatkan otot dasar panggul dan mengurangi overaktivitas kandung kemih.
-
Penggunaan alat seperti pesarium dan tampon vagina.
-
Terapi intervensi dengan suntikan botox ke dalam kandung kemih.
-
Tindakan pembedahan apabila terapi-terapi lain tidak berhasil.
Bagaimana cara mencegah Inkontinensia Urine?
Meskipun IU sulit dicegah, namun risiko dapat diturunkan dengan melakukan gaya hidup sehat seperti :
-
Menjaga berat badan ideal dengan mengonsumsi makanan sehat dan berolahraga secara teratur.
-
Melatih otot dasar panggul dengan melakukan senam kegel secara rutin.
-
Membatasi konsumsi minuman berkafein, alkohol, dan makanan pedas/asam/kecut.
-
Berhenti merokok.
Informasi lebih lanjut atau ingin konsultasi ke dokter, hubungi Call Center 150770.
Direview oleh:
Prof.dr. Harrina Erlianti Rahardjo, Sp.U(K), PhD
Dokter Spesialis Urologi (Saluran Kemih)
Mayapada Hospital Jakarta Selatan (MHJS)
Lihat jadwal praktek di sini
tags :
Tahir Uro-Nephrology Center Spesialis Urologi