Ini Risiko Masalah Pencernaan di Balik Nikmatnya Hidangan Kuliner Indonesia
Tinggal lama di Indonesia memberi kesempatan bagi Anda untuk menikmati kuliner Indonesia yang kaya rasa tetapi juga membawa tantangan dalam menjaga kesehatan pencernaan akibat bumbu kuat, rempah, cabai, dan santan yang melimpah.
Para ekspat yang menyukai hidangan khas seperti makanan berbumbu kacang gado-gado dan sate, makanan pedas seperti ayam geprek, atau makanan mengandung santan dan berlemak seperti rendang, bisa saja menyantap semuanya tanpa masalah, namun bisa juga mengalami masalah pencernaan seperti diare atau asam lambung naik (GERD) karena hidangan tersebut.
Mengenal Lebih Dalam Potensi Masalah Pencernaan
Secara tak sadar, hidangan dengan bumbu yang kuat namun berlemak dapat menimbun masalah pencernaan yang serius, seperti salah satunya batu empedu atau Cholelithiasis.
Penyakit ini dapat terjadi tanpa gejala, tetapi dapat pula menimbulkan nyeri perut bagian atas atau tengah secara mendadak akibat menggelindingnya batu di kantung empedu dan menyumbat saluran empedu.
Gejala lainnya berupa mual, muntah, hilang nafsu makan, urin berwarna gelap, sakit maag, dan diare.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Gastroenterologi Hepatologi, Dr. Hendra Nurjadin, Sp.PD KGEH Mayapada Hospital Tangerang mengatakan “Sebagian besar batu empedu berasal dari endapan kolesterol yang mengeras dan membentuk batu. Kristal-kristal ini dapat berkumpul dan membentuk batu yang bervariasi dalam ukuran, dari sekecil butir pasir hingga beberapa sentimeter ukurannya.”
Batu empedu berisiko lebih besar terjadi pada wanita dengan usia di atas 40 tahun ke atas, memiliki berat badan berlebih (obesitas), wanita hamil, penggunaan hormon, faktor riwayat keluarga, konsumsi makanan tinggi lemak, tinggi kolesterol, dan diet rendah serat.
“Sekalipun memang lebih sering ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun dan berat badan berlebih, namun tidak menutup kemungkinan batu empedu bisa terjadi pada semua orang bahkan pada usia yang lebih muda, terutama yang mengonsumsi makanan tinggi lemak,” tambah dr. Hendra.
Baca juga: Sering Terganggu Karena GERD? Periksa Lebih Lanjut di Gastrohepatology Center Mayapada Hospital
Penyakit ini dapat dideteksi sedini mungkin untuk penanganan yang lebih efektif dan cepat. Menurut dr. Hendra, deteksi dini penyakit batu empedu dapat dilakukan dengan USG Abdomen atau CT Scan Abdomen.
Jika diperlukan, dapat pula dilakukan pemeriksaan Endoscopic Ultrasound (EUS), Magnetic Resonance Cholangiopancreatography (MRCP), dan ERCP (endoscopic retrograde cholangiopancreatography).
Jika ditemukan batu empedu, penanganan dapat dilakukan dengan tindakan Kolesistektomi Laparoskopi (Laparoscopy Cholecystectomy) yang lebih lanjut dijelaskan oleh Dr. dr. Errawan Wiradisuria, Sp.B., Subsp.BD (K), M.Kes Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif di Mayapada Jakarta Selatan dan Kuningan.
“Kolesistektomi Laparoskopi yaitu pengangkatan kantung empedu secara minimal invasif, bahkan dengan kemajuan teknologi, saat ini laparoskopi dapat dilakukan dengan satu lubang (Single Incision Laparoscopy Surgery/SILS), sehingga pemulihan dapat berlangsung lebih cepat dan secara estetik tidak meninggalkan bekas luka pada bagian perut.” jelas dr. Errawan.
Risiko Obesitas dari Makanan Berlemak
Tak hanya penyakit batu empedu, konsumsi makanan tinggi karbohidrat dan lemak secara berlebih membawa dampak jangka panjang yang meningkatkan risiko obesitas, yaitu kondisi di mana terjadi penumpukan atau kelebihan lemak yang dapat membawa risiko lainnya seperti penyakit jantung, hipertensi, hingga diabetes.
“Seseorang masuk ke dalam kategori obesitas jika ia memiliki indeks massa tubuh 25kg/m2 atau lebih.” ujar dr. Errawan. Obesitas juga dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kelainan bawaan, obat-obatan tertentu, gangguan hormon, pertambahan usia, kehamilan, serta kondisi medis seperti sindrom ovarium polikistik (PCOS).
Penanganan awal obesitas dapat dilakukan dengan perbaikan pola makan sesuai dengan kebutuhan asupan kalori harian, serta aktif berolahraga setiap hari.
Jika upaya tersebut tidak efektif dalam menurunkan berat badan, dokter dapat merekomendasikan pasien untuk menjalani terapi dengan obat-obatan atau operasi.
Tindakan operasi dalam masalah obesitas salah satunya prosedur bariatrik. “Operasi bariatrik bertujuan untuk mengatasi obesitas dan memperbaiki komorbid atau penyakit penyerta dengan mengubah struktur saluran cerna. Perubahan ini nantinya akan membantu membatasi konsumsi jumlah makanan sekaligus mempengaruhi nafsu makan. Operasi bariatrik juga sudah dilakukan secara minimal invasif sehingga meminimalkan risiko dan mempercepat pemulihan pasien” jelas dr. Errawan.
Untuk melakukan prosedur operasi bariatrik, perlu dilakukan pemeriksaan lanjut terhadap beberapa kriteria. Menurut Dr. dr. Reno Rudiman MSc, Sp.B-SubSp BD (K), FICS, FCSI Dokter Spesialis Bedah Digestif dari Mayapada Hospital Bandung, operasi bariatrik umumnya dapat dilakukan oleh orang berusia 15-70 tahun dan memenuhi kriteria Body Mass Index (BMI) yang ideal.
“Bariatrik dianjurkan bagi mereka yang memiliki BMI di atas 35. Tapi bisa juga dijalani oleh mereka dengan BMI 30 yang memiliki komorbid. Bagi mereka yang punya riwayat kencing manis atau diabetes selama 10 tahun dan tidak berhasil dengan obat, tindakan bariatrik bahkan bisa dilakukan pada BMI 27,5.” jelas dr. Reno.
Langkah Tepat Mengatasi Masalah Pencernaan
Masalah pencernaan menjadi tantangan bagi ekspatriat yang sering menyantap hidangan kuliner lokal kaya rasa karena akan cukup mengganggu produktivitas, sehingga penting bagi ekspat untuk mengetahui layanan kesehatan yang unggul di Indonesia dalam memberi penanganan yang tepat pada masalah pencernaan Anda.
Di Indonesia, rumah sakit swasta berstandar internasional yang memiliki layanan komprehensif untuk perawatan kesehatan saluran cerna, terdapat di seluruh unit Mayapada Hospital yang ada di Jakarta (Lebak Bulus dan Kuningan Rasuna Said), Tangerang, Bogor, Surabaya, Bandung, dan Ibu Kota Nusantara.
Mayapada Hospital memiliki layanan bernama Gastrohepatology Center yang dapat menjadi pilihan para ekspat untuk pemeriksaan dan penanganan komprehensif pada gangguan saluran cerna baik untuk dewasa maupun anak, mulai dari screening, diagnosa dan pembedahan.
Gastrohepatology Center Mayapada Hospital memiliki tim dokter multidisiplin yang mampu melakukan tindakan advanced mulai dari Endoskopi, prosedur Virtual Kolonoskopi, Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP), tindakan bedah minimal invasif (Laparoskopi) dengan teknik konvensional (3 sayatan) dan teknik bedah laparoskopi sayatan tunggal (SILS). Layanan ini juga didukung dengan tim medis dan staf yang mampu berbahasa inggris sehingga memudahkan pasien ekspatriat dalam berkomunikasi selama menjalani perawatan.
Layanan Gastrohepatology Center Mayapada Hospital juga dapat diakses dengan mudah melalui aplikasi MyCare by Mayapada Hospital, mulai dari membuat jadwal pemeriksaan bersama dokter, membuat jadwal konsultasi langsung maupun virtual (telekonsultasi), dan mengakses berbagai informasi terkini seputar kesehatan dan informasi layanan di Mayapada Hospital.
tags :
Gastrohepatology Center