Mengenal Jenis-Jenis Pengobatan Kanker Payudara

...

Tabel konten

 

Kanker payudara menyerang jutaan orang di seluruh dunia setiap tahunnya, dan di Indonesia masih merupakan kanker dengan kasus terbanyak. 

Namun, kemajuan dalam ilmu kedokteran telah menghasilkan beragam pilihan pengobatan yang menawarkan harapan kesembuhan dan hasil yang lebih baik bagi pasien. Memahami pilihan dan ragam terapi kanker payudara sangat penting bagi pasien kanker payudara dan juga keluarganya.

Terapi kanker payudara sendiri, sama dengan banyak kanker lainnya, ditentukan oleh beberapa hal seperti stadium, jenis atau subtipe kanker tersebut, tujuan terapi, dan banyak faktor personal lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi setiap pasien kanker.

Berikut jenis-jenis terapi kanker payudara komprehensif:

Pembedahan

Operasi atau pembedahan bertujuan untuk mengangkat jaringan tumor atau kanker. Secara garis besar, operasi pada kanker payudara terbagi lagi menjadi dua, yaitu breast conserving surgery (BCS) dan mastektomi. 

Mastektomi merupakan pengangkatan tumor dan payudara seluruhnya. Namun, seiring berkembangnya terapi kanker payudara, sekarang dapat dilakukan BCS. 

Menurut dr. Bayu Brahma, Dokter Spesialis Bedah Onkologi dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan (MHJS), dengan majunya perkembangan kedokteran, tidak semua kasus kanker payudara harus kita angkat seluruh payudaranya. 

“Dengan breast conserving surgery, kita dapat mempertahankan payudara dan mengambil tumornya saja,” ujarnya. “Ini dapat dilakukan pada kanker payudara stadium awal. Setelah itu akan dilakukan terapi lain misalnya radioterapi, yang memastikan bahwa sel-sel kanker akan hilang secara tuntas.”

Selain mengangkat tumor di payudara, dalam operasi kanker payudara juga dapat dilakukan pengangkatan kelenjar getah bening untuk mengetahui apakah kanker payudara telah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak sehingga ini juga dapat mencegah penyebaran sel kanker. Satu atau lebih kelenjar getah bening tersebut akan diangkat untuk diperiksa di laboratorium. 

Kelenjar getah bening dapat diangkat bersamaan dengan operasi pengangkatan kanker payudara atau sebagai operasi terpisah. 

Ada 2 jenis operasi pengangkatan kelenjar getah bening, yang dikenal dengan biopsi sentinel (SLNB) dan pengambilan/diseksi kelenjar getah bening (ALND).

Lebih lanjut, Dokter Bayu Brahma menjelaskan, SLNB atau biopsy sentinel ini prosedur advanced di mana dokter menyuntikkan pewarna dan kemudian mengangkat hanya kelenjar getah bening di ketiak yang telah menyerap pewarna tersebut. 

“Kelenjar getah bening inilah yang kemungkinan besar sebagai tempat sel kanker akan menyebar pertama kali,” kata dr. Bayu. 

Mengangkat hanya satu atau beberapa kelenjar getah bening akan menurunkan risiko efek samping yang dapat terjadi setelah pengangkatan kelenjar getah bening seperti pembengkakan lengan yang juga dikenal sebagai limfedema pada kanker payudara. 

Sedangkan pada ALND, tidak menggunakan pewarna dan dokter langsung mengambil banyak kelenjar getah bening sekaligus (biasanya maksimal 20 kelenjar) dan saat ini tidak dilakukan sesering dulu, dengan kata lain ini metode lama. Namun, pada situasi tertentu di mana fasilitas atau tenaga medis tidak memadai untuk SLNB, ALND tetap bisa menjadi pilihan.

Bagaimana dengan perempuan yang harus menjalani mastektomi atau pengangkatan payudara menyeluruh? 

Tentunya dengan kemajuan teknik saat ini, dimungkinkan untuk dilakukannya rekonstruksi payudara pada pasien kanker payudara dengan mastektomi. 

Menurut dr. Iskandar, Dokter Spesialis Bedah Onkologi dari Mayapada Hospital Kuningan, dampak mastektomi pada pasien perempuan tidak bisa dianggap remeh karena sangat terkait dengan kepercayaan diri, identitas, dan bahkan harmonisnya hubungan dengan pasangan. 

Rekonstruksi payudara saat ini sangat mungkin untuk dilakukan, dan ada 2 jenis rekonstruksi. Ada yang kita sebut immediate reconstruction atau dikerjakan dalam operasi yang sama setelah mastektomi dilakukan, dan ada yang dinamakan delayed reconstruction atau operasinya dilakukan di kemudian hari. 

“Untuk tekniknya pun bermacam-macam, bisa menggunakan implan payudara, bisa juga dengan jaringan tubuh si pasien itu sendiri atau disebut flaps,” kata dr. Iskandar. 

“Jadi bisa menggunakan otot punggung, bisa juga mengambil dari lemak dan otot di perut, dan lain-lain. Intinya, hal ini harus didiskusikan bersama antara dokter dan pasien, karena ada alasan medis dan juga kondisi tertentu yang harus dipertimbangkan.”

Radioterapi atau Terapi Radiasi

Radioterapi atau sering disebut “terapi sinar”, menggunakan sinar berenergi tinggi (radiasi) dengan dosis terkontrol untuk membunuh atau merusak sel kanker sehingga sel kankernya mati, tidak bisa berkembang, atau menyebar. 

Radioterapi merupakan salah satu modalitas utama dalam pengobatan kanker. Sebagian pasien kanker payudara akan membutuhkan terapi ini, sebagai tambahan dari terapi lain yang dijalani.

Dokter Kartika Brohet, Dokter Spesialis Onkologi Radiasi dari Mayapada Hospital Tangerang, mengatakan, tergantung dari stadium dan faktor lainnya, radioterapi pada kanker payudara secara garis besar umumnya digunakan dalam beberapa situasi. 

Yang pertama, setelah pasien menjalani operasi BCS untuk menurunkan risiko kekambuhan dan juga penyebaran ke kelenjar getah bening terdekat (di ketiak). 

Yang kedua, bisa juga setelah mastektomi, dengan kondisi tumor yang besarnya lebih dari 5 cm, ditemukan penyebaran ke banyak kelenjar getah bening, atau ditemukannya sel kanker di otot atau kulit di batas pembedahan. 

Indikasi lain, adanya jarak yang dekat antara kanker dan sayatan operasi ataupun masih ditemukannya sisa sel kanker di dasar atau bekas sayatan operasi

Jenis radioterapi yang digunakan pada kanker payudara biasanya jenis radiasi eksterna, di mana sinar ditembakkan oleh sebuah mesin dari luar tubuh pasien atau disebut EBRT (external beam radiadtion therapy). 

Untuk jadwal radioterapi ini, dijelaskan oleh dr. Ratnawati Soediro, Spesialis Onkologi Radiasi dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan, jadwal terapi sinar atau radioterapi ada 2 opsi, yang pertama kita berikan dengan dosis normal, secara berturut-turut dari hari Senin sampai Jumat, selama 6-7 minggu. 

Opsi kedua, namanya hipofraksi, di mana dosis yg diberikan lebih besar, tetapi durasi treatment lebih singkat hanya 3-4 minggu. 

Dengan alat yang canggih, seperti LINAC (Linear Accelerator) yang digunakan Mayapada Hospital, durasi setiap kali radioterapi sangat cepat, hanya sekitar 5-10 menit saja, dengan kelebihan lainnya yaitu radiasi yang presisi dan akurat mengenai sel kanker tanpa banyak memberikan efek samping ke sel sehat di sekitarnya.

Dokter Steven Octavianus, Spesialis Onkologi Radiasi dari Mayapada Hospital Tangerang, menambahkan, efek samping yang umumnya sering terjadi pada pasien radioterapi kanker payudara adalah pembengkakan pada payudara/area dada, perubahan kulit mirip sunburn (kemerahan, mengelupas, dan menggelap), dan juga fatigue atau tubuh terasa lelah. 

“Namun, efek samping ini biasanya akan membaik dalam jangka waktu 1-3 bulan setelah selesai radioterapi,” kata dr. Steven. 

“Dan jangan takut, kami tim onkologi radiasi di Mayapada Hospital selalu mendampingi perjalanan terapi pasien yang kami temui sehari-hari, termasuk memberikan terapi suportif atau lainnya yang disesuaikan dengan efek samping yang dihadapi pasien.”

Terapi Sistemik 

Apakah Anda familiar dengan istilah kemoterapi? 

Kemoterapi adalah salah satu jenis dari sistemik terapi, yang artinya memberikan obat kanker agar dapat menjangkau seluruh bagian tubuh (sistemik). 

Kemoterapi sendiri dapat diberikan melalui beberapa cara, seperti melalui intravena/infus, melalui oral/obat minum, dan terkadang dapat diberikan melalui intratekal/tulang belakang.

Kemoterapi pada kanker payudara, dijelaskan oleh Prof. dr. Noorwati Soetandyo, Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hematologi Onkologi Medik dari Mayapada Hospital Tangerang, secara garis garis besar dapat dibagi menjadi 3 jenis:

  1. Sebagai adjuvant/diberikan setelah operasi. Untuk membunuh sel-sel kanker yang mungkin masih tersisa tetapi tidak dapat terlihat saat operasi dan juga menurunkan risiko kekambuhan di kemudian hari.
     
  2. Sebagai neoadjuvant/diberikan sebelum operasi. Diberikan pada kasus di mana tumor terlalu besar pada saat didiagnosis, sehingga dikecilkan dulu sebelum operasi agar operasi bisa lebih maksimal.

    Keuntungan lainnya, dokter bisa melihat respon pasien terhadap kemoterapi yang diberikan, sehingga jika tumor tidak berespon baik terhadap obat tersebut, dokter bisa memberikan obat lain sebelum operasi.

    Dan pada subtipe kanker payudara tertentu, contohnya triple negative dan HER2 positive breast cancer, pemberian neoadjuvant pada stadium awal dapat memperpanjang angka harapan hidup.
     
  3. Sebagai terapi utama pada kanker payudara stadium lanjut yang sudah menyebar jauh ke organ-organ lainnya (metastasis), contohnya ke liver/hati dan paru. Kemoterapi dapat diberikan sesudah terdiagnosis, ataupun setelah terapi awal lainnya.

Lebih lanjut Prof. Noorwati menjelaskan, kemoterapi membantu mengatasi penyakit kanker, karena bekerja dengan menghentikan atau menghambat pertumbuhan sel kanker yang berkembang dan membelah diri dengan cepat. 

Umumnya organ yang terdampak dari pengobatan ini adalah yang pertumbuhannya cepat seperti rambut, sel-sel saluran cerna, syaraf, dan sumsum tulang yang menghasilkan sel-sel darah, termasuk sel darah putih. 

Karena itu,  pasca kemoterapi bisa timbul efek samping seperti rambut rontok, mual dan muntah, kesemutan, atau bahkan demam dan penurunan sel-sel darah.

Mengenal terapi sistemik lain selain kemoterapi

Dengan semakin berkembangnya pengobatan kanker, ditemukan lagi obat sistemik lain yang disebut dengan terapi target

Terapi target bekerja secara khusus dengan menghalangi sinyal kimia di tingkat sel, tingkat di mana pertumbuhan dan pembelahan sel kanker terjadi sehingga pada akhirnya akan membunuh sel kanker tersebut. 

Dikatakan oleh dr. Wulyo Rajabto, Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hematologi Onkologi Medik dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan, secara sederhana, terapi target ini langsung ke intinya kanker. 

Obat yang digunakan dalam terapi target spesifik menargetkan ke sel-sel kanker, sehingga hanya berefek pada sel-sel kanker dan tidak mencederai atau merusak sel yang normal dan sehat. 

Efek samping terapi target juga tidak lebih berat dibandingkan efek samping kemoterapi. 

“Terapi target bisa digunakan sebagai kombinasi dengan kemoterapi dan pada kanker payudara, dapat meningkatkan keampuhan pengobatan kanker lainnya,” ujar dr. Wulyo.

Salah satu kemajuan pengobatan sistemik lainnya adalah imunoterapi atau terapi imun, yang akan mengoptimalisasi  sel-sel imun tubuh untuk mengenali dan menghancurkan sel-sel kanker. 

Saat ini, imunoterapi telah banyak digunakan pada beberapa jenis kanker, salah satunya kanker payudara. 

Dokter Resti Mulya Sari, Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hematologi Onkologi Medik dari Mayapada Hospital Tangerang mengatakan, imunoterapi merupakan jenis terapi sistemik yang lebih baru, untuk menghambat dan menghentikan perkembangan sel kanker, serta mencegahnya menyebar ke organ lain dengan bantuan sel imun tubuh. 

“Terapi ini mendorong kemampuan sel imun tubuh untuk lebih efektif melawan sel kanker,” katanya. “Pada kasus kanker payudara, imunoterapi biasanya diberikan sebagai kombinasi kemoterapi untuk mengobati kanker payudara yang berjenis triple negative (TNBC). Di mana terapi target kurang efektif untuk kanker payudara jenis ini.” 

Efek samping imunoterapi yang mungkin timbul adalah reaksi autoimun atau seperti reaksi alergi di mana sel imun bereaksi berlebihan.

Lebih lanjut Dokter Resti menekanan, apapun terapi kankernya, penting sekali untuk terus rajin kontrol dan mengetahui tips mengelola efek samping. Tentunya tim dokter dan perawat akan membantu pasien untuk melalui fase ini. 

“Dan yang terpenting adalah masyarakat seyogyanya lebih perhatian terhadap tubuhnya sendiri, jika ada keluhan segera kontrol ke dokter sehingga bisa ditemukan kanker pada stadium dini yang pengobatannya akan meningkatkan kesembuhan,” katanya.

Oncology Center Mayapada Hospital

Oncology Center Mayapada Hospital memiliki layanan menyeluruh dengan fasilitas terkini, mulai dari pencegahan, deteksi dini, diagnosis, pengobatan, dan terapi berkelanjutan untuk tumor dan kanker. 

Didukung dengan kolaborasi dari tim multidisiplin, Oncology Center Mayapada Hospital menerapkan layanan yang selalu memusatkan dan melibatkan pasien di setiap langkah perawatan (patient centric) dan mengutamakan mutu, keselamatan, serta pengalaman pasien (patient experience). 

Mayapada Hospital Jakarta Selatan, juga telah meraih akreditasi internasional JCI, yaitu akreditasi yang telah diakui secara internasional sebagai standar tertinggi untuk lembaga kesehatan. 

Mengacu pada standar protokol internasional yang ketat, Mayapada Hospital juga memiliki Tumor Board yang aktif memberikan rencana perawatan yang tepat, serta memiliki layanan patient navigator beranggotakan tim medis dan penunjang medis untuk mendampingi pasien dalam menjalani perawatan kanker.  

Informasi lebih lanjut, hubungi Call Center 150770. Untuk buat janji dokter, klik link di sini

tags :

Oncology Center Spesialis Kanker