Mengenali Stres pada Masa Pandemi

...

Pandemi Covid 19 memberikan pengaruh yang cukup besar bagi kehidupan kita, baik secara fisik maupun psikologis. Banyak dari kita yang mengalami stres, cemas, feeling down, atau bahkan depresi. Kali ini kita akan mengupas lebih dalam mengenai berbagai emosi yang kita alami dan bagaimana mengatasinya. 

Apa itu Stres?

Kita tentu tidak asing dengan istilah stres. Namun apa dan bagaimana sebenarnya stres itu? Stres merupakan respon fisiologis yang wajar terhadap situasi abnormal. Stres merupakan bagian dari hidup kita. Stres membantu diri kita untuk beradaptasi dengan berbagai kejadian positif maupun negatif yang kita alami. Misalnya, kelahiran, pernikahan, kehilangan pekerjaan, dan sebagainya.

Stres dapat datang dan pergi, tergantung faktor apa saja yang mempengaruhi. Misalnya, Anda merasa stres dalam pekerjaan namun tidak terlalu stres di rumah atau saat weekend. Dengan demikian, kita dapat bekerja untuk mengatasi stres terkait pekerjaan. 

Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda dalam menghadapi situasi yang stressful. Bagaimana seseorang bereaksi terhadap pandemi ini dipengaruhi oleh latar belakang individu dan masyarakat / komunitas di sekitarnya. Mereka yang lebih  rentan terhadap stres di situasi ini antara lain:

  • Lansia dan mereka yang memiliki riwayat penyakit kronis, yang membuat mereka lebih rentan resiko terkena Covid 19.
  • Anak-anak dan remaja.
  • Mereka yang membantu pasien Covid 19, mulai dari tenaga kesehatan seperti dokter dan perawat, mereka yang bekerja di fasilitas kesehatan, atau mereka yang merawat Orang Tanpa Gejala.
  • Mereka yang terdiagnosa positif covid 19, Pasien Dalam Pengawasan, Orang Dalam Pengawasan, Orang Tanpa Gejala.
  • Mereka yang memiliki masalah kesehatan mental sebelum pandemi ini, termasuk mereka yang ketergantungan alkohol dan psikotropika. 

Bagaimana dengan cemas? Banyak dari kita merasa cemas dalam situasi ini.

Berbeda dari rasa takut yang memiliki sumber yang nyata (takut ketinggian, takut kegelapan, dll), kecemasan merupakan respon kita terhadap ancaman yang tidak nyata. Wujud dari kecemasan adalah kita meyakini hal yang buruk akan terjadi, atau menciptakan berbagai skenario yang buruk dalam kepala kita.

“Bagaimana jika ini? Bagaimana jika itu?” dan sebagainya. Kecemasan setiap orang berbeda-beda intensitasnya. Bagaimana  kita mengantisipasi sebuah kejadian juga turut mempengaruhi intensitas kecemasan yang kita alami. 

Kondisi pandemi ini yang entah kapan berakhirnya membuat sebagian dari kita merasa lemah, tidak berdaya, putus asa, dan sedih. Beberapa dari kita mungkin saja mengalami depresi dalam situasi ini. Depresi dapat mempengaruhi kita secara fisik maupun psikis, dan intensitas depresi yang dialami seseorang berbeda dari orang lainnya. 

Reaksi stres, kecemasan, dan depresi yang dialami seseorang dapat muncul dalam bentuk gejala fisik, psikologis, dan perilaku.

Apa saja tanda-tanda bahwa kita mengalami stres, kecemasan, atau bahkan gejala depresi?

Gejala fisik :

  • Sakit kepala, leher tegang, gangguan pencernaan, gangguan pernafasan, dan sebagainya.
  • Gangguan tidur
  • Perubahan pola makan: kehilangan nafsu makan atau nafsu makan berlebih
  • Mudah merasa lelah, energy level yang rendah.

Gejala psikologis dan emotional:

  • Perasaan khawatir, cemas, dan insecure terkait virus.
  • Merasa overwhelmed dengan berbagai kejadian yang ada, merasa tidak berdaya
  • Self talk yang tidak selalu mencerminkan realita.
  • Memiliki pikiran buruk mengenai situasi atau kejadian ini.
  • Merasa lemah, tidak mampu mengatasi situasi ini, tidak berdaya, insecure, kesedihan, kemarahan, dan sebagainya. 

Gejala perilaku: 

  • Sulit berkonsentrasi, lebih ceroboh atau mudah lupa.
  • Mudah tersulut / terpicu emosinya.
  • Mudah marah.
  • Sering menangis.
  • Menarik diri.
  • Sulit membuat keputusan.
  • Peningkatan konsumsi alcohol dan obat-obatan (obat resmi yang dijual bebas maupun obat terlarang).
  • Dan sebagainya.


Kapan saya perlu mencari bantuan?

Pada umumnya mengatasi stres, kecemasan, atau perasaan low bukanlah hal yang mustahil. Meski demikian, beberapa dari kita butuh bantuan profesional dalam mengatasinya. Terlebih jika kondisi stres, cemas, dan depresi sudah berlangsung berminggu-minggu atau bulanan dengan kondisi yang semakin memburuk.

Berikut tanda-tanda kondisi kesehatan mental kita sudah menurun. Jika Lemoparents sudah mengalami tanda-tanda berikut, berarti semua sumber daya yang Lemoparents miliki tidak lagi cukup untuk mengelola stres setiap harinya. Mencari bantuan profesional akan sangat berguna dalam kondisi ini.

Gejala fisik :

  • Merasa sangat lemas dan lemah, jantung berdegup kencang, pusing, sakit kepala, muntah.
  • Selalu mengalami gangguan tidur.
  • Perubahan nafsu makan (hilang nafsu makan atau tidak dapat mengendalikan nafsu makan), yang berdampak pada penurunan / kenaikan berat badan yang signifikan.
  • Low energy, senantiasa merasa lelah.

Gejala psikologis dan emosional:

  • Rasa cemas dan takut yang intense dan sangat mengganggu.
  • Merasa panik ketika mendengar atau membaca tentang corona (kadang disertai reaksi sesak setiap kali membaca tentang corona).
  • Terus menerus memiliki pikiran buruk / negatif mengenai kondisi ini.
  • Kehilangan minat dan semangat pada aktivitas yang dulu anda nikmati.

Gejala perilaku:

  • Kesulitan mengerjakan tugas keseharian.
  • Sulit berkonsentrasi.
  • Menghindari orang dari luar rumah karena takut tertular.
  • Memantau gejala corona secara obsessive (misal mengukur suhu tubuh setiap jam).
  • Sering menangis dengan intense.
  • Mudah terpicu / tersulut kemarahannya, serta perilaku agresif. Bisa jadi timbul konflik dengan anggota keluarga.
  • Penyalahgunaan alcohol dan obat-obatan. Tidak hanya Napza, tetapi bisa juga sering mengkonsumsi obat yang dijual bebas meskipun tidak memiliki gejala sakit. (Foto hanya ilustrasi)

Ditulis oleh:
Adisti F. Soegoto, M.Psi 
Psikolog, BFRP
Mayapada Hospital Jakarta Selatan

Jadwal konsultasi sesuai perjanjian. Klik di sini.

tags :

Kesehatan Mental Stres