Tidak Selamanya Maag, Ini 3 Jenis Penyakit Lambung yang Perlu Kamu Ketahui!
Ibu Kota Nusantara merupakan mega proyek pemerintah yang mendorong tingginya mobilitas banyak pekerja seperti Aparat Sipil Negara (ASN), para developer dan arsitek, sekaligus mendorong para business traveler, dan investor untuk bertandang ke IKN.
Agenda perjalanan dinas yang padat pun kerap membuat kesehatan tubuh terabaikan karena sering melewatkan waktu makan dan pola makan menjadi berubah.
Kebiasaan melewatkan waktu makan dan pola makan tak teratur dapat berdampak buruk bagi pencernaan hingga menimbulkan rasa sakit di ulu hati, yang seringkali dianggap sebagai pertanda maag.
Namun, masih ada penyakit lainnya dengan gejala serupa misalnya, Gastritis yakni peradangan lambung, atau GERD yang merupakan kondisi asam lambung naik. Ketiganya dapat diakibatkan oleh pola makan tak sehat, stres, dan infeksi.
Penting untuk memperhatikan kesehatan pencernaan dengan menjaga pola makan dan memeriksakan kondisi kesehatan pencernaan secara komprehensif seperti yang dapat dilakukan di unit terbaru Mayapada Hospital yaitu Mayapada Hospital Nusantara.
Dilengkapi dengan layanan unggulan Gastrohepatology Center yang khusus menangani masalah pencernaan secara menyeluruh mulai dari deteksi, diagnosis, hingga tindakan pembedahan bersama tim dokter multidisiplin yang ahli dan berpengalaman.
Pemeriksaan kondisi pencernaan yang tepat memudahkan Anda untuk mengenali serta menangani ketiga jenis penyakit lambung seperti Maag, Gastritis dan GERD.
Karena ketiganya memiliki gejala yang mirip, namun penyebab dan penanganannya berbeda.
Baca juga: Sering Terganggu Karena GERD? Periksa Lebih Lanjut di Gastrohepatology Center Mayapada Hospital
Apa yang membedakan Maag, Gastritis dan GERD?
Dokter Spesialis Penyakit Dalam yang berpraktik di Mayapada Hospital Nusantara, dr. Catur Nugroho, Sp.PD memberikan penjelasan lengkap untuk membedakan jenis-jenis penyakit lambung termasuk cara penanganannya.
Penyakit lambung yang paling familiar adalah Maag atau dalam istilah medis disebut Dispepsia.
“Dispepsia merupakan sekumpulan gejala atau sindrom gangguan yang terjadi di saluran pencernaan atas, dimana keluhan yang umumnya dirasakan adalah rasa nyeri atau rasa terbakar di area epigastrium/ulu hati, perut terasa penuh, cepat kenyang, mual, bahkan muntah.” jelas dr. Catur.
Lalu, ada pula Gastritis yang merupakan kondisi peradangan pada dinding lambung.
“Gastritis ini muncul dengan beberapa gejala seperti nyeri yang terasa panas atau perih di bagian ulu hati, perut kembung, mual muntah, tidak nafsu makan, cegukan, cepat kenyang. Bahkan jika Gastritis tidak ditangani dapat timbul perdarahan saluran cerna yang menimbulkan keluhan buang air besar dengan tinja berwarna hitam, hingga muntah darah,” lanjut dr. Catur.
Masalah lambung lainnya adalah Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) yang merupakan kondisi asam lambung naik sampai kerongkongan, sehingga menyebabkan iritasi dan peradangan akibat melemahnya otot bagian bawah kerongkongan atau Lower Esophageal Sphincter (LES).
Gejala yang muncul dapat berupa sensasi terbakar di dada (heartburn), rasa asam atau pahit di mulut, gigi sensitif, nyeri di dada, sensasi mengganjal di tenggorokan, kerongkongan sakit, perut kembung dan sering sendawa, batuk terus menerus, hingga sesak nafas dan mengi (napas berbunyi).
“Gejala GERD umumnya memburuk ketika penderita selesai makan dalam porsi besar atau berlemak, begitu pula saat berbaring, membungkuk, dan beristirahat pada malam hari,” tambah dr. Catur.
Kondisi obesitas, kehamilan, usia lanjut, hingga kebiasaan tidur setelah makan, konsumsi beberapa jenis obat tertentu penyebab GERD.
Beberapa kondisi tertentu juga dapat memicu GERD, misalnya Gastroparesis, yaitu melemahnya dinding lambung, gangguan jaringan ikat, penyakit bawaan lahir seperti hernia hiatus dan atresia esofagus, pernah menjalani operasi di area dada dan perut bagian atas.
Baik Gastritis maupun GERD, keduanya dapat dipicu oleh pola makan yang kurang sehat seperti waktu makan tidak teratur, pola makan tinggi lemak atau garam, konsumsi makanan asam, pedas, dan berlemak yang berlebihan, konsumsi alkohol/soda/kafein secara berlebihan, konsumsi obat pereda nyeri terlalu sering, merokok (baik aktif maupun pasif), pertambahan usia, serta stress.
Selain itu faktor penyakit bawaan seperti autoimun, HIV/AIDS, penyakit Crohn, operasi besar, dan penyakit ginjal atau liver.
“Rasa nyeri ulu hati yang kita bahas sebelumnya sebenarnya dapat dihindari. Yang terpenting adalah atur pola makan. Antar waktu makan pagi, siang, dan malam diberi jarak 4-6 jam. Dapat pula mengganjal perut dengan snack supaya perut tidak kosong. Selain itu, hindari makanan pedas, asam, dan kopi terlalu sering, serta maintain stress dengan baik” tutur dr. Catur.
Jika gejala-gejala penyakit lambung tadi terjadi terus menerus, segera periksakan kondisi pencernaan ke dokter.
Apabila sudah dilakukan pengobatan namun, kondisi tidak kunjung membaik, salah satu pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah prosedur Endoskopi.
Endoskopi adalah prosedur diagnostik dan terapi untuk melihat kelainan saluran cerna dengan menggunakan alat yang disebut endoskop, yaitu sebuah alat semacam selang panjang dan fleksibel dengan cahaya dan kamera di ujungnya sehingga gambaran esofagus, lambung, dan saluran cerna lainnya dapat terlihat pada layar monitor.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastro Entero Hepatologi (Hati & Saluran Cerna) yang berpraktik di Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr. Ruswhandi, Sp.PD-KGEH, menjelaskan,
“Endoskopi dilakukan untuk mengetahui lokasi peradangan, derajat keparahan, dan penyebab lain masalah lambung. Contohnya, pada gastritis yang sering kambuh, endoskopi bisa digunakan untuk melihat kemungkinan adanya penyebab seperti inflammatory bowel disease (IBD) atau inflamasi usus. Dengan begitu, dokter dapat menentukan jenis penanganan yang tepat,” jelasnya.
Endoskopi dapat digunakan sebagai terapi pada saluran cerna seperti pengambilan polip, penghentian perdarahan saluran cerna, dan juga bisa untuk mengambil sampel kecil dari jaringan tubuh untuk diperiksa lebih lanjut (biopsi).
Beberapa penyakit lain yang dapat diperiksa dan ditangani lebih lanjut dengan endoskopi, yaitu penyakit batu empedu, gangguan pankreas, varises pada saluran makan atas, polip atau kanker usus besar, dan penyakit Barrett's Esophagus (kerusakan lapisan kerongkongan).
Deteksi masalah lambung lebih awal akan meningkatkan pemulihan dengan lebih cepat. Langkah deteksi dapat dilakukan di Gastrohepatology Center Mayapada Hospital Nusantara yang terintegrasi dan bersinergi dengan untuk mayapada hospital lainnya sehingga membantu proses penanganan semakin optimal dengan fasilitas lengkap untuk diagnostik dan tindakan seperti USG Abdomen, CT Scan, MRI, Endoskopi, hingga Laparoskopi.
Berbagai layanan skrining saluran cerna di Gastrohepatology Center Mayapada Hospital Nusantara juga dapat diakses dengan mudah melalui aplikasi MyCare milik Mayapada Hospital.
Anda dapat melihat jadwal para dokter yang berpraktek di Mayapada Hospital Nusantara dan melakukan pendaftaran layanan pemeriksaan maupun konsultasi dokter di MyCare.
Apabila Anda dan rekan kerja Anda mengalami keluhan sakit perut tak tertahankan, hingga memerlukan layanan gawat darurat, maka segera hubungi 150990 atau gunakan fitur emergency call yang ada di aplikasi MyCare untuk mendapat pertolongan dari tim medis Trauma Emergency Mayapada Hospital yang siaga 24 jam.
Unduh MyCare by Mayapada Hospital dan pengguna baru akan mendapat reward point untuk potongan harga di berbagai layanan kesehatan Mayapada Hospital.
Selanjutnya: Sering Bawa Tas Berat Hingga Nyeri Bahu? Ini Solusinya di Mayapada Pain Center
tags :
Gastrohepatology Center