Deteksi Aneurisma Otak Sebelum Stroke di Tahir Neuroscience Center Mayapada Hospital
Apa itu Aneurisma Otak?
Aneurisma Otak adalah salah satu kondisi media yang dapat memicu Stroke. Kondisi ini juga dikenal dengan istilah Aneurisma Serebral atau Aneurisma Intrakranial.
Ini terjadi ketika pembuluh darah di otak membengkak dan membentuk tonjolan mirip seperti buah beri yang menggantung.
Pembengkakan ini dapat pecah sewaktu-waktu dan berisiko menimbulkan stroke perdarahan yang membutuhkan penanganan cepat untuk mencegah komplikasi serius.
Untuk mengetahui lebih dalam tentang Aneurisma Otak, dr. Nia Yuliatri, SpBS, Mkes, yakni Dokter Spesialis Bedah Saraf Fellow Neurovaskular, yang berpraktik di layanan komprehensif khusus saraf dan otak di Mayapada Hospital Jakarta Selatan menjelaskan,
“Aneurisma otak disebabkan karena penipisan dinding pembuluh darah arteri, terutama pada area pembuluh darah yang bercabang karena dindingnya cenderung lebih lemah.”
Aneurisma Otak seringkali tidak menimbulkan gejala ketika masih berukuran kecil dan belum pecah,
“Namun, seiring ukuran aneurisma membesar, penderita bisa mengalami berbagai keluhan akibat penekanan aneurisma ke jaringan otak sekitar, seperti nyeri di sekitar mata, mati rasa di salah satu sisi wajah, sakit kepala, maupun gangguan penglihatan.” tambah dr. Nia.
Lebih lanjut, dr. Ingrid Ayke Widjaya, SpBS, Dokter Spesialis Bedah Saraf Fellow Neurovaskular Mayapada Hospital Jakarta Selatan menambahkan,
“Jika Aneurisma Otak semakin membesar dapat berisiko pecah dan menimbulkan perdarahan di otak (stroke perdarahan). Gejala pecahnya aneurisma otak ditandai dengan rasa sakit kepala hebat secara tiba-tiba, mual dan muntah, padangan kabur atau penglihatan ganda, kejang, hingga penurunan kesadaran. Ini merupakan kondisi gawat darurat yang memerlukan tindakan segera dengan cepat dan tepat.” ungkapnya.
Ketika kondisi darurat tersebut terjadi, maka tindakan yang dapat dilakukan adalah tindakan pembedahan maupun intervensi endovascular yang bertujuan untuk mencegah pembesara dan risiko pecah.
“Penanganan secara bedah dilakukan melalui pembedahan terbuka dengan prosedur clip, yakni dengan menjepit pangkal dari aneurisma dengan tujuan menghentikan aliran darah ke dalamnya.” jelas dr. Ingrid.
Menyusul penjelasan tersebut, dr. Nia juga menambahkan “Penanganan juga dapat dilakukan secara minimal invasif (minim sayatan) yakni dengan intervensi endovascular, yakni prosedur endovascular coiling yang dilakukan di laboratorium kateterisasi (Cath Lab) menggunakan kateter yang diarahkan langsung ke lokasi aneurisma. Selanjutnya, dokter akan memasukkan kawat coil melalui kateter hingga memenuhi kantong aneurisma sehingga darah tidak bisa mengalir masuk ke dalam lagi.”
Tindakan minimal invasif endovascular coiling ini dapat menurunkan risiko infeksi dan proses pemulihan yang lebih cepat dibandingkan prosedur pembedahan terbuka.
Kebanyakan kasus Aneurisma Otak ini tidak dapat dicegah, sehingga diperlukan kesadaran untuk melakukan deteksi dini.
Faktor risiko Aneurisma Otak
Terutama jika memiliki beberapa faktor Aneurisma Otak seperti:
- Tekanan darah tinggi (hipertensi)
- Rentang usia 30-60 tahun
- Berjenis kelamin perempuan dan sudah menopause
- Memiliki riwayat cedera kepala
- Mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
- Kebiasaan merokok
- Riwayat keluarga dengan aneurisma otak.
Selain faktor tersebut, ada beberapa penyakit yang bisa meningkatkan risiko aneurisma otak yaitu penyakit ginjal polikistik, koartasio aorta, malformasi arteri-vena, sindrom Ehlers-Danlos, dan sindrom Marfan.
Deteksi dan diagnoisis aneurisma
Dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan penunjang seperti yang dijelaskan oleh dr. Ingrid,
“Pemeriksaan dapat dilakukan dengan MRI untuk mendeteksi aneurisma otak yang belum pecah. Selanjutnya, dapat pula dilakukan dengan CT Scan untuk melihat kondisi perdarahan di otak akibat pecahnya aneurisma otak. Disusul dengan Angiografi otak dengan CT scan (CTA) atau MRI (MRA), untuk melihat kelainan bentuk di pembuluh darah otak, termasuk mendeteksi aneurisma otak” ungkap dr. Ingrid.
Pendeteksian Aneurisma Otak sejak dini jauh lebih disarankan untuk mencegah kondisi yang lebih parah.
Metode pemeriksaan dengan teknologi medis yang canggih dapat dilakukan di layanan Tahir Neuroscience Center Mayapada Hospital yang komprehensif menangani masalah saraf dan otak mulai dari deteksi dini, diagnosis, tindakan neurointervensi dan bedah saraf, hingga neuro rehabilitasi.
Layanan ini juga dikenal dengan pelayanan medis berstandar internasional dengan tim dokter multidisiplin yang berpengalaman melakukan tindakan advanced.
Untuk menjangkau layanan ini, Anda dapat mengunduh aplikasi MyCare milik Mayapada Hospital yang memudahkan pasien untuk melakukan penjadwalan konsultasi langsung maupun virtual dengan nomor antrean lebih awal dan kemudahan transaksi layanan di berbagai kanal pembayaran yang terhubung dengan MyCare.
Selain itu, Tahir Neuroscience Center Mayapada Hospital dilengkapi dengan layanan Stroke Emergency yang siaga 24 jam untuk menangani kasus kegawatdaruratan stroke dengan cepat dan tepat dengan standar protokol internasional Door to Needle kurang dari 60 menit.
Stroke Emergency Mayapada Hospital juga dapat dijangkau menggunakan aplikasi MyCare dengan menggunakan fitur Emergency Call button di MyCare.
Masih banyak informasi seputar kesehatan saraf dan otak serta keberhasilan tim dokter Tahir Neuroscience Center Mayapada Hospital yang dapat ditelusuri dalam fitur Health Articles & Tips di MyCare.
Aplikasi MyCare juga memiliki fitur Personal Health untuk memantau detak jantung, jumlah langkah kaki, jumlah kalori terbakar, dan body mass index (BMI) dengan terhubung ke Google Fit dan Health Access.
#JadiMudah Unduh aplikasi MyCare by Mayapada Hospital dan dapatkan bonus reward point saat melakukan registrasi pertama kali di MyCare.
Reward point ini dapat digunakan untuk potongan harga di berbagai layanan di Mayapada Hospital.
Selanjutnya: Jantung Berdebar Tak Beraturan? Jangan Panik! Mayapada Hospital Siaga Menangani
tags :
Tahir Neuroscience Center