Rokok dan Vape Membawa Risiko Kanker Paru, Deteksi Segera di Mayapada Hospital
Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) di tahun 2023 menunjukan bahwa jumlah perokok aktif di Indonesia diperkirakan mencapai 70 juta orang dengan 7,4% di antaranya perokok berusia 10-18 tahun.
Jumlah ini disusul dengan hadirnya vape yang kian banyak digunakan sebagai alternatif rokok. Menurut data Global Adult Tobacco Survey tahun 2021 yang dirilis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, jumlah pengguna vape di Indonesia meningkat 10 kali lipat, dari angka 0,3 persen di tahun 2011 menjadi 3 persen di tahun 2021.
Ini menjadi perhatian dr. Jaka Pradipta, Sp.P (K)Onk, Dokter Spesialis Paru dan Pernapasan Konsultan Onkologi dari Mayapada Hospital Kuningan. Menurutnya, hadirnya vape malah menghilangkan rasa tabu merokok, bahkan saat ini bebas dikalungkan di leher. Padahal vape juga tak lebih baik dari rokok.
Banyak orang tidak menyadari bahwa baik merokok maupun menggunakan vape (vaping) sama-sama membawa dampak serius pada kesehatan kita dan orang disekitar kita. Keduanya mengandung zat-zat berbahaya yang dapat merusak organ pernapasan seperti paru-paru.
“Normalnya, saluran pernapasan kita menyaring kotoran serta toksin dari udara yang kita hirup. Tetapi saat merokok atau vaping, kita secara sadar memasukkan toksin langsung ke dalam paru-paru. Kadar toksin yang tadinya berjumlah kecil, justru secara sengaja kita menambahkannya ke saluran pernapasan kita. Ini akan menyebabkan kerusakan struktur paru-paru, dan menimbulkan peradangan jangka pendek hingga jangka panjang. Yang lebih berbahaya lagi, alat vape terbuat dari logam, yang turut terhisap ke dalam tubuh.”
Tak hanya itu, dr. Widhy Yudhistira, Sp.P(K)Onk, Dokter Spesialis Paru dan Pernapasan Konsultan Onkologi dari Mayapada Hospital Bandung, mengatakan ”Dampak vape dan rokok yang sangat berbahaya adalah kanker paru, di mana kanker paru menempati kasus kanker tertinggi pertama di Indonesia untuk laki-laki, dan tertinggi ke-2 pada perempuan. Angka kematiannya cukup tinggi karena gejala muncul pada stadium lanjut sehingga pengobatan semakin sulit.”
Baca juga: Jadi Penyebab Utama Kematian karena Kanker di Indonesia, Deteksi Kanker Paru Dinilai Sangat Penting!
Dijelaskan oleh dr. Widhy, kanker paru-paru muncul dengan sejumlah gejala seperti batuk berkelanjutan yang berlangsung lebih dari 2 minggu, sesak napas akibat penimbunan cairan pada area sekitar organ paru, batuk berdarah karena pecahnya pembuluh darah di paru, mengi saat bernapas, nyeri dada menjalar hingga bahu dan punggung, dan suara serak.
“Namun perlu diketahui juga, tak hanya perokok aktif yang berisiko terkena kanker paru, namun perokok pasif yang tidak aktif merokok namun terus-menerus terpapar asap rokok, sama berisikonya dengan perokok aktif. Sebab, asap rokok memiliki 60 zat beracun bersifat karsinogenik atau menyebabkan kanker. Seseorang dapat terpapar dengan zat berbahaya tersebut selama aroma atau asap rokok menempel dalam waktu yang lama di baju maupun rambut. ” imbuh dr. Widhy.
Dengan risiko berat dari merokok maupun menggunakan vape tersebut, penting bagi Anda untuk mulai menyadari bahaya rokok dan vape, dan memeriksakan kondisi paru untuk deteksi dini kanker paru, agar pengobatan dapat segera dilakukan.
Menurut Dokter Spesialis Paru dan Pernapasan Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr. Naindra Kemala Dewi, Sp.P, kemajuan teknologi kedokteran saat ini mampu mendeteksi potensi kanker lebih dini.
“Untuk kanker paru, menurut panduan internasional, dapat dilakukan skrining Low Dose CT Scan (LDCT) untuk mendeteksi tumor paru yang ukurannya sangat kecil. LDCT adalah pemeriksaan CT Scan dengan dosis radiasi yang kecil, tapi lebih baik daripada ronsen dada, pemeriksaannya tidak invasif dan relatif cepat.” tuturnya.
Dokter Naindra mengatakan bahwa deteksi ini dianjurkan untuk para perokok atau bekas perokok, perokok pasif, riwayat kanker paru di keluarga, usia 45 tahun ke atas, tinggal atau bekerja di lingkungan yang terpapar zat pemicu kanker, setidaknya setahun sekali.
Dokter Jaka juga mengatakan, ”Menghentikan kebiasaan merokok dan vape memang butuh proses, berkonsultasi dengan dokter spesialis paru dan obat khusus dapat membantu berhenti merokok. Jika Anda belum bisa berhenti, paling tidak lakukan skrining LDCT secara rutin sebagai pencegahan dan deteksi dini kanker paru.”
Sebelum terlambat, Anda dapat mencegahnya dan berkonsultasi bersama tim dokter multidisiplin di Pulmonology Center dan Oncology Center Mayapada Hospital yang memberikan layanan komprehensif terhadap kesehatan paru, termasuk pencegahan dan deteksi dini kanker paru, dan dilengkapi Tumor Board untuk mendampingi pasien kanker di Oncology Center Mayapada Hospital.
Konsultasi dan pemeriksaan kesehatan paru dapat dilakukan dengan membuat janji temu bersama dokter melalui aplikasi MyCare milik Mayapada Hospital. Anda juga dapat menemukan paket skrining paru dengan LDCT dan booking melalui aplikasi MyCare.
Aplikasi ini memudahkan pasien untuk mengakses layanan di Mayapada Hospital karena pasien dapat memperoleh nomor antrean lebih awal dengan kemudahan transaksi di berbagai kanal pembayaran (multi channel payment).
Berbagai informasi penanganan masalah kesehatan paru lainnya juga dapat Anda ketahui melalui fitur Health Articles & Tips. MyCare juga memiliki fitur Healthy Lifestyle yang dapat memantau aktivitas olahraga dan kebugaran Anda dengan terhubung ke Google Fit dan Health Access untuk menghitung jumlah langkah kaki, jumlah kalori terbakar, detak jantung, dan body mass index.
Unduh aplikasi MyCare by Mayapada Hospital, karena pengguna yang baru pertama registrasi akan mendapat reward point yang bisa dipakai untuk potongan harga di berbagai layanan Mayapada Hospital.
Selanjutnya: Bebas dari Nyeri Tulang Belakang dengan Prosedur BESS di Mayapada Hospital
tags :
Pulmonology Center Oncology Center