Toilet Training: Tahap Penting Anak Siap Hidup Mandiri

...

Toilet Training adalah proses belajar anak untuk mampu buang air sendiri di toilet layaknya orang dewasa. Tahap ini merupakan salah satu tahap perkembangan penting anak menuju kemandirian. Kunci dalam melakukan toilet training pada anak yaitu untuk mengenali isyarat dan kesiapan anak untuk belajar, konsisten, serta tidak dipaksakan.

Tahap toilet training meliputi pengertian mengenai buang air, melepaskan pakaian, membersihkan bagian tubuh sekitar tempat buang air, mengenakan pakaian kembali, menyiram toilet, dan mencuci tangan. Buatlah pengalaman belajar ini sebagai kegiatan yang bersifat alami dalam hidup sehari-hari.

Pada awal toilet training, anak laki-laki perlu belajar buang air kecil dalam posisi duduk terlebih dahulu. Belajar buang air kecil langsung dalam posisi berdiri mungkin dapat menyulitkan proses belajar duduk di toilet untuk buang air besar. 

Peralatan yang dibutuhkan oleh orang tua saat melakukan toilet training terbagi menjadi dua yang dapat dipilih sesuai kenyamanan orang tua dan anak, yaitu Potty Chair atau Potty Seat. 

Secara fisik dan psikologis anak, umumnya usia 18 bulan - 2,5 tahun, anak sudah mulai siap melakukan toilet training.

Tahapan usia anak siap melakukan toilet training seperti berikut:

  • 18 bulan: Menunjukkan tanda kesiapan
  • 24 bulan: Step by step toilet training dapat mulai dikenalkan
  • 30 - 36 bulan: Sudah dapat sadar untuk buang air di toilet pada siang hari
  • 36 - 48 bulan: Dapat menahan buang air dari sebelum tidur sampai pagi dan melakukan buang air pada toilet meskipun pada malam hari

Mengenali tanda kesiapan anak untuk melakukan toilet training:

  1. Mampu menirukan orang tua dan menunjukkan rasa tertarik untuk belajar seperti mengikuti Anda ke kamar mandi
  2. Mampu mengembalikan benda-benda ke tempatnya, baik diminta ataupun tidak
  3. Mampu menunjukkan tanda kemandirian dengan berkata tidak
  4. Mampu berjalan dan duduk dengan baik
  5. Mampu menyampaikan rasa ingin buang air (kecil atau besar)
  6. Mampu melepas dan mengenakan pakaiannya

Timing is important

  • Jangan dimulai saat anak sedang sakit atau terjadi perubahan rutinitas seperti pindah rumah, berpindah day care atau memiliki adik baru. 
     
  • Observasi perlu sering dilakukan karena terdapat beberapa anak yang ada kecenderungan menahan BAB/BAK karena merasa stres atau konstipasi. Jika anak sudah siap, prosesnya menjadi sangat cepat dan mudah.
     
  • Metode toilet training yang dianjurkan adalah pendekatan Brazelton yang berorientasi pada anak (Brazelton approach atau passive/child-oriented approach).

    Pendekatan ini sangat nyaman dan santai meskipun membutuhkan waktu yang cukup lama dari mingguan hingga bulanan.
     

Metode toilet training dengan pendekatan Brazelton:

  • Dapat dimulai satu kali sehari pada waktu yang sama, seperti setelah makan atau saat mandi, ketika anak tidak berpakaian.
     
  • Jadwalkan di waktu anak biasa BAK atau BAB, (Contoh = Saat bangun tidur, sebelum tidur, atau setelah makan) atau tiap anak menunjukkan sinyal BAB/BAK, atau juga dapat dijadwalkan tiap 2-3 jam sekali.
     
  • Ajak anak duduk selama 3 - 5 menit, jangan terlalu lama dan pastikan anak nyaman.

Tips melakukan night time training:

  • Minta anak untuk coba menahan pipis lebih lama saat siang, untuk melatih kemampuan mengontrol BAK anak
  • Bangunkan anak di saat malam untuk BAK
  • Letakkan potty chair didekat tempat tidur
  • Melakukan latihan, mungkin akan terjadi permasalahan bahkan sampai mengalami kemunduran atau kegagalan. Begitu juga dengan toilet training.

Beberapa permasalahan yang sering terjadi pada anak:

  • Stool toileting refusal
    Anak telah berhasil BAK di toilet, namun menolak untuk BAB di toilet untuk lebih dari 1 bulan. Penyebabnya adalah kemunculan adik baru, orang tua yang kurang konsisten, toilet training pada usia > 42 bulan berhubungan dengan kejadian konstipasi dan nyeri saat BAB, gunakan bahasa yang positif dan puji anak walaupun BAB di diapers.
     
  • Stool withholding
    Anak melakukan manuver fisik untuk menahan BAB (Potty dance, menyilangkan kaki). Hal ini akhirnya menyebabkan konstipasi.
     
  • Hiding
    Anak cenderung mengumpat saat BAB, biasa muncul pada usia 22 bulan. Penyebab karena malu, atau takut.

    Pada waktu-waktu tertentu, sesekali anak masih akan buang air di celana. Hal ini masih normal terjadi saat menjalankan toilet training. Sikap terbaik dalam menghadapinya adalah tetap mendukung seperti biasa. Hindari reaksi berlebihan atau tekanan pada kemunduran kemampuannya. Apabila keadaan sudah kembali normal, anak akan segera kembali pada kemampuan yang sudah dicapainya. 

Berkonsultasilah dengan dokter spesialis anak apabila anak Anda belum dapat mengendalikan buang air saat ia berusia 4 tahun. 

Jika toilet training tidak berhasil, dokter anak akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut terkait skrining tumbuh kembang, kelainan saluran kemih dan reproduksi, atau konstipasi. Jika tidak ada kelainan, orang tua harus diyakinkan bahwa proses toilet training dapat dilanjutkan.

Narasumber:
dr. Nadia Qoriah Firdausy, M.Sc, Sp.A
Dokter Spesialis Anak
Mayapada Hospital Kuningan (MHKN)

Lihat jadwal praktik di sini

tags :

Spesialis Anak Spesialis Pediatrik Pediatric Center