Cegah “Wabah Ganda” dengan Program Imunisasi pada Anak
Laporan Kementerian Kesehatan RI, selama pandemi Covid-19 mulai terjadi penurunan drastis kunjungan bayi ke fasilitas kesehatan untuk dilakukan imunisasi, sehingga cakupan imunisasi sangat rendah.
Hal ini bukan saja di Indonesia, tetapi secara global di dunia juga mengalami hal yang sama. Permasalahannya, karena para orang tua diliputi suatu kekhawatiran serta ketakutan untuk membawa bayi/anaknya ke fasilitas kesehatan dengan asumsi mudah tertular penyakit Covid-19.
Ancaman "Wabah Ganda"
Menurut keterangan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), akibat terjadi penurunan cakupan kunjungan imunisasi, sangat dikuatirkan akan risiko terjadinya suatu “wabah ganda” atau “double outbreak”, ditambah lagi pada masa sebelum terjadinya Pandemi Covid-19, cakupan kunjungan imunisasi memang masih rendah.
Yang dimaksud dengan wabah ganda adalah, selain wabah karena Corona, maka beberapa penyakit yang bisa dicegah melalui program imunisasi mulai muncul ulang dan mewabah seperti penyakit campak, tuberkulosis (TBC), difteri, bahkan polio. Keadaan ini akan menjadi ancaman serius untuk masa depan anak-anak sebagai penerus bangsa kita.
Sebagai contoh penyakit campak, yang sebenarnya dapat dicegah dengan vaksin campak. Karena orang tua takut membawa anaknya untuk di imunisasi, maka anak akan berpotensi tertular penyakit campak.
Padahal, penyakit campak lebih memiliki daya tular berbahaya dibandingkan Covid-19. Satu orang covid bisa menularkan kepada 1,5 - 3,5 orang, tetapi satu orang yang sakit campak bisa menularkan ke 18 orang.
Selain itu, bila penderita Covid-19 batuk atau bersin, maka percikan air liurnya (droplet infection) dapat tersebar dengan jarak kira-kira dua meter, sedang daya jangkau percikan air liur (droplet infection) penderita campak bisa mencapai lebih dari enam meter. Jadi penyakit campak jauh lebih berbahaya dibanding Covid-19.
Demikian pula dengan penyakit difteri, yang penularannya secara droplet bisa menyebabkan gangguan pada saluran pernapasan anak berupa sumbatan dan berakibat kematian.
Bagaimana dengan penyakit tuberkulosis (TBC)?
Para ahli mengatakan, tuberkulosis lebih berbahaya dari Covid-19. Karena setiap tahun ada 100 ribu orang meninggal karena penyakit tuberkulosis yang seharusnya bisa dicegah dengan imunisasi BCG pada masa bayi.
Apakah jadwal imunisasi boleh ditunda di tengah pandemi seperti sekarang?
Sesuai anjuran Kementerian Kesehsatan dan IDAI, semua imunisasi harus dilengkapi jadwalnya, jangan ditunda hanya karena kita takut ke rumah sakit.
Sebaiknya diberikan sesuai jadwal imunisasi terutama bagi imunisasi primer seperti BCG,DPT/Polio/Hepatitis B dan Campak yang pertama.
Bila sudah tertunda karena Pandemi Covid-19 dalam beberapa bulan ini, maka imunisasi tetap dapat dilanjutkan dengan terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter spesialis anak untuk mengatur kembali jadwal imunisasi.
Istilah "terlambat" bila bayi didahului dengan tertularnya penyakit sebelum diberikan imunisasi. Jadi orang tua tidak perlu “khawatir”, namun harus “tetap waspada” untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan.
Berpengalaman dengan merebaknya wabah Covid-19 selama enam bulan ini, maka saat ini pada umumnya pusat layanan kesehatan sudah beradaptasi dengan situasi pandemi, yaitu telah menjalankan Protokol Kesehatan dengan ketat sesuai anjuran pemerintah atau WHO.
Contohnya dengan menyediakan ruang tunggu dengan kursi tunggu berjarak, jam kedatangan, dan ruang tunggu terpisah untuk anak-anak yang sakit dan anak-anak yang akan melakukan imunisasi. (Foto: ilustrasi)
Ditulis oleh:
dr. I.R. Laurentz, Sp.A
Dokter Spesialis Anak
Mayapada Hospital Tangerang
Jadwal praktik, cek di sini!
Buat janji dengan dokter spesialis anak di Mayapada Hospital semakin mudah melalui fitur book an appointment. Cek di sini.
Video: Sebaiknya Jangan Tunda Berobat ke Rumah Sakit
tags :
Spesialis Anak Pediatric Center