Operasi Invasif Minimal, Solusi Terbaik untuk THT
Seiring perkembangan teknologi di bidang kedokteran, pemanfaatan teknik operasi invasif minimal pun semakin luas. Dalam beberapa disiplin ilmu kedokteran, misalnya bidang telinga, hidung, dan tenggorokan (THT), metode yang sudah diperkenalkan di Indonesia sejak awal periode 90-an ini mulai menggeser peran operasi konvensional.
Bahkan kini tindakan invasif minimal beralih menjadi standar prosedur untuk beberapa kasus penyakit atau kelainan pada organ.
Definisi operasi invasif minimal
Definisi operasi invasif minimal secara umum, seperti dijelaskan oleh dr. Wisanti Zarwin, Sp.THTKL dari Mayapada Hospital adalah tindakan bedah dengan membuat incision (sayatan) yang kecil.
Pada THT, inovasi bedah invasif minimal memang sangat membantu. Pasalnya, menurut dr. Wisanti, untuk menuju titik yang akan dilakukan tindakan operasi melalui jalur yang kecil sehingga jika menggunakan cara konvensional atau open surgery (operasi terbuka), maka akan merusak banyak jaringan.
“Dulu, tindakan operasi di bidang THT menggunakan pendekatan open surgery. Operasi sinus contohnya, dilakukan dengan cara membuka tulang wajah. Prosedurnya dilaksanakan dari luar, misal membuat sayatan di samping hidung atau bawah rahang,” kata dr.Wisanti.
“Cara ini menimbulkan risiko kerugian bagi pasien, seperti bekas luka di wajah yang cukup besar, terutama bagi pasien yang punya masalah dengan keloid. Timbul kecacatan pada kulit yang dari sisi kosmetik tentu menjadi tidak bagus.”
Berkat penelitian yang bertujuan memberikan kualitas yang lebih baik bagi pasien, teknik invasif minimal akhirnya bisa diaplikasikan pada THT.
Baca juga: Penyebab dan Pencegahan Gangguan Pendengaran
Untuk operasi sinus misalnya, telah diperkenalkan teknik functional endoscopic sinus surgery. Tindakan melalui endoscopic view (pengamatan menggunakan endoskop) ini tidak memerlukan sayatan di bagian luar sama sekali.
Endoskop sendiri merupakan alat berbentuk seperti selang lentur yang dilengkapi dengan kamera di bagian ujungnya, kemudian disambungkan ke monitor untuk memproyeksikan gambar yang ditangkap.
Pada prosedur invasif minimal atau endoscopy surgery, dokter akan memasukkan endoskop melalui lubang hidung hingga mencapai titik yang akan dioperasi. Dengan endoscopic view, dokter dapat melihat bagian dalam hidung dan sinus dengan lebih baik sehingga tidak perlu merusak jaringan-jaringan yang tidak perlu.
Di samping itu, karena tidak terdapat luka pada bagian luar tentu risiko yang ditimbulkan juga minimal sehingga membuat pasien merasa lebih nyaman dan proses pemulihan menjadi lebih cepat.
Prosedur standar bedah invasif minimal pada THT
Tindakan bedah invasif minimal pada THT meliputi cukup banyak organ. Untuk organ hidung, tindakan ini sudah menjadi prosedur standar, bukan lagi pilihan (optional). Artinya, apabila terdapat indikasi yang mengharuskan tindakan operasi di area hidung, maka dokter akan melakukannya dengan metode invasif minimal.
Pada organ telinga, pendekatan invasif minimal sudah bisa diaplikasikan. Namun demikian hal itu masih diberlakukan beberapa persyaratan yang mengacu kepada kriteria pasien sehingga sifatnya masih bisa opsional, apakah dilakukan endoscopy surgery atau operasi terbuka. Hal ini disebabkan landmark (tanda) pada telinga luas sekali sehingga ada keterbatasan, baik pada open surgery ataupun endoscopy surgery.
Sementara untuk tenggorokan, pendekatan invasif minimal bisa dilaksanakan dengan bantuan alat laringoskop. Cara kerja alat laringoskop mirip dengan endoskop, hanya saja laringoskop dimasukkan lewat mulut untuk kemudian mengamati bagian-bagian tenggorokan yang terindikasi kelainan, misalnya pada pita glotis dan pita suara.
Metode invasif minimal atau laryngoscopy surgery bersifat kasus per kasus. Tumor jinak misalnya, masih memungkinkan menggunakan tindakan invasi minimal. Namun untuk tumor yang cukup ganas, biasanya diperlukan sayatan yang lebih luas di sekitar tumor.
“Di bidang THT, pendekatan invasif minimal bukan sesuatu yang luxury, tapi lebih kepada indikasi. Pada operasi sinus, invasif minimal merupakan prosedur standar. Saat ini, pendekatan invasif minimal memang yang terbaik, kecuali terdapat keterbatasan peralatan, maka open surgery menjadi pilihan,” ujar dr. Wisanti.
Keuntungan operasi invasif minimal pada THT
Operasi invasif minimal memberikan keuntungan bagi dokter dan pasien. Dalam pelaksanaannya, kerja dokter dipermudah dengan intervensi peralatan yang canggih sehingga hasilnya lebih presisi.
Dokter pun tidak perlu membuat sayatan yang lebar yang menuntut keterampilan dan ketelitian untuk merapikannya kembali. Sementara keuntungan yang diperoleh pasien antara lain:
- Hanya mengalami luka yang kecil dan tidak terlalu nyeri.
- Kerusakan jaringan tubuh lebih sedikit.
- Mengurangi risiko infeksi dan komplikasi.
- Pasien mendapat kenyamanan selama dan setelah operasi.
- Masa perawatan di rumah sakit yang relatif singkat sehingga bisa menekan biaya.
- Pasien lebih cepat kembali beraktivitas.
Konsultan:
dr. Wisanti Zarwin, Sp.THT-KL
Spesialis THT
Mayapada Hospital Jakarta Selatan (MHJS)
Jadwal praktik, cek di sini
Buat janji dengan dokter spesialis THT semakin mudah melalui fitur book an appointmet. Cek di sini!
tags :
Spesialis Tht Bedah Invasif Minimal