Waspada Burnout pada Anak
Seringkali kita mengira hanya orang dewasa yang mengalami burn out (atau juga ditulis burnout). Ternyata, anak dan remaja pun bisa mengalaminya. Kali ini kita akan mengenal lebih dalam mengenai burn-out pada anak, apa saja gejalanya dan apa yang perlu kita lakukan sebagai orangtua.
Burnout merupakan kondisi kelelahan mental, fisik, dan emosional yang ekstrim. Burnout pada anak terjadi ketika anak menghadapi situasi stressful atau merasa frustasi tanpa adanya kesempatan untuk istirahat dan jeda sejenak.
Burnout juga bisa terjadi karena tingginya tuntutan yang diberikan pada anak (seperti tuntutan pencapaian, tuntutan berprestasi, banyaknya beban tugas), baik bersifat sementara maupun permanen.
Pada kadar yang tepat, stres dibutuhkan untuk memotivasi anak meraih tujuannya. Masalah dapat muncul ketika stres terlalu intense, tuntutan dan beban kerja yang terlalu tinggi seolah tidak ada habisnya. Kondisi burn out pada anak tidak dapat dianggap sepele. Kondisi burn out dapat menurunkan minat dan motivasi anak, menurunkan performa / pencapaian mereka, bahkan memicu masalah psikologis seperti kecemasan, gangguan psikosomatis, bahkan depresi.
Sebagai orangtua, kita dapat mencegah terjadinya burn out pada anak. Misalnya dengan mengajarkan anak time management dan bagaimana melakukan jeda / istirahat yang efektif. Jika tuntutan akademis yang diberikan jauh melampaui kemampuan anak, Anda dapat mendiskusikannya dengan guru sebelum kondisi ini mengarah pada hal yang lebih serius.
Anak dapat mengalami burn out karena berbagai penyebab. Ada anak yang berjibaku dengan sekolahnya, atau mereka yang struggling beradaptasi dengan perubahan besar (seperti kondisi pandemic saat ini).
Meskipun penyebabnya berbeda, namun gejala burn out kurang lebih sama. Gejala burn out kadang sulit dikenali pada tahap awal. Kadang butuh waktu yang lama bagi orangtua untuk menyadari perubahan perilaku pada anak. Mengenali gejala-gejala burn out dan mengatasinya sejak awal akan mencegah anak mengalami dampak yang lebih buruk.
Beberapa gejala burn out yang banyak terjadi pada anak:
- Sering merasa lelah
Jika anak Anda sering merasa lelah, sulit beranjak dari tempat tidur, atau tertidur di kelas, Anda perlu waspada. Hal ini merupakan tanda kelelahan, ada kemungkinan anak mengalami burn out.
- Penurunan / peningkatan berat badan
Burn out juga dapat diiringi dengan penurunan berat badan. Pada beberapa kasus terjadi peningkatan berat badan. Jika Anak anda mengalami perubahan berat badan yang signifikan tanpa adanya perubahan pola makan, Anda perlu berhati-hati dan mencari tahu penyebabnya.
- Perilaku menyakiti diri
Ketika anak atau remaja menampilkan perilaku menyakiti diri, ia membutuhkan pertolongan segera. Perilaku agresi dengan menyakiti diri sendiri menandakan rasa frustasi karena ia tidak lagi dapat memenuhi berbagai tuntutan lingkungan atau tuntutan yang ia letakkan pada diri sendiri.
- Mengompol
Sama seperti perilaku menyakiti diri, anak yang kembali mengompol merupakan tanda ia membutuhkan pertolongan. Anda perlu waspada jika anak berusia lebih dari 4 tahun, ia sudah mampu buang air kecil di toilet namun karena satu dan lain hal seolah ia mundur menjadi sering mengompol.
- Penurunan prestasi akademis
Jika sebelumnya anak berprestasi di sekolah lalu tiba-tiba prestasinya menurun, bisa jadi ia merasa tuntutan yang diberikan kepadanya terlalu tinggi melebihi kemampuannya dan mengarah ke burn out.
- Menarik diri
Sebelumnya anak Anda merupakan anak yang supel, memiliki banyak teman dan senang bergaul. Meskipun tidak dapat bertemu teman karena pandemic, ia tetap berinteraksi dengan teman-temannya secara virtual. Namun tiba-tiba ia menarik diri dari teman-teman maupun keluarganya, tidak ingin berinteraksi dalam bentuk apapun.
Ia menggunakan berbagai alasan hanya untuk menghindari interaksi dengan orang lain. Perilaku menarik diri bisa menjadi pertanda adanya hal lain yang lebih serius.
- Menunda pekerjaan
Sebelumnya anak Anda merupakan anak yang bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya, tidak pernah ada PR yang telat dikumpulkan apalagi terlewat. Ia selalu dapat mengerjakan tugasnya tanpa perlu diingatkan. Sekarang Anda perlu mengingatkannya berkali-kali untuk mengerjakan tugas. Itupun masih banyak tugas yang terlewat. Anak mengeluhkan banyaknya tugas dan tetap tidak mengerjakannya.
- Apatis
Anak mulai bersikap acuh tak acuh terhadap apapun. Seolah kehilangan minat dan antusiasme terhadap apa yang ia sukai sebelumnya. Jika Anda tanya kepadanya “bagaimana harimu hari ini?” ia bisa saja menjawab dengan ekspresi datar “normal”, atau “ya gitu…”. Jika sebelumnya anak masih menunjukkan sikap positif, sekarang ia lebih banyak bersikap negativistik. “Buat apa sekolah?!” , “Buat apa aku harus melakukan ini semua?!”
- Kecemasan atau rasa takut
Bisa jadi anak Anda mengalami kesulitan dengan sekolahnya sudah sejak lama. Namun kali ini kecemasannya semakin meningkat. Ia bisa saja menangis setiap malam di hari sekolah, tidak bisa tidur, gelisah, bahkan sakit perut pada hari sekolah. Gejala-gejala tersebut tidak muncul pada hari libur atau akhir pekan.
- Kesulitan konsentrasi
Jika sebelumnya anak tidak memiliki masalah konsentrasi, kini ia lebih sulit berkonsentrasi. Jika sebelumnya anak sudah memiliki masalah konsentrasi, kini kondisinya semakin parah. Anak semakin sulit untuk berkonsentrasi, perhatiannya semakin mudah teralih pada hal lain.
- Mudah terpicu emosinya
Anak Anda menjadi mudah kesal, mudah marah, mudah terpicu emosinya oleh hal sepele. Padahal sebelumnya ia tidak seperti itu.
Langkah pencegahan burn out pada anak
Mengenali tanda-tanda di atas dapat membantu Anda melakukan tindakan untuk mencegah terjadinya burn out.
Ketika Anda mengamati anak Anda memunculkan gejala-gejala di atas atau Anda mengetahui bahwa anak kesulitan di sekolahnya, ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk menjaga agar anak tidak sampai mengalami burn out:
- Diskusi dengan anak mengenai apa yang ia rasakan
Beri anak kesempatan untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan selama ini. Apa yang membuatnya tidak nyaman, apa yang ia rasakan terhadap sekolah, tugas, dan teman-temannya, kesulitan apa yang dihadapi, dan bagaimana Anda dapat membantunya.
- Bantu anak melatih kemampuan time management-nya
Seringkali anak kewalahan mengerjakan tugas-tugasnya karena time management yang buruk. Awalnya ia menunda pekerjaan dan semakin kewalahan ketika tugasnya semakin menumpuk. Latih anak bagaimana cara mengelola waktunya. Ciptakan keteraturan dalam setiap harinya, jam berapa ia sekolah, jam berapa ia belajar dan mengerjakan tugas, jam berapa ia bisa bersantai / istirahat / mengerjakan hobinya.
- Ciptakan waktu belajar yang singkat per-sesinya
Waktu belajar yang panjang tanpa jeda rentan memicu kelelahan dan burn out. Ciptakan durasi belajar yang singkat per-sesinya, bisa 30 – 45 menit sesuai usia dan kemampuan anak. Jangan lupa selipkan jeda 5-10 menit. Anak bisa minum, makan cemilan, jalan ke luar, melakukan peregangan, atau chat temannya.
- Tetapkan ekspektasi yang wajar sesuai kemampuan anak
Sebagai orangtua tentunya kita ingin semua yang terbaik untuk anak dan anak menjadi nomor satu dalam segala hal. Namun kita perlu perhatikan, apakah tuntutan kita sesuai dengan kemampuan anak? Apakah anak menjadi frustasi karena sulit mencapai ekspektasi yang Anda berikan atau tuntutan tinggi yang anak tanamkan pada diri sendiri?
Ada baiknya Anda me-review kembali harapan dan tuntutan Anda terhadap pencapaian anak. Sesuaikan dengan kemampuan anak sehingga tidak membuatnya frustasi, kelelahan, burn out, atau menghancurkan self esteem anak. Target dapat diberikan bertahap sesuai kemampuan anak. Perlahan-lahan target dapat ditingkatkan setelah anak menguasai / mencapai target sebelumnya.
- Ciptakan lingkungan belajar yang minim distraksi
Jika anak sulit berkonsentrasi, Anda dapat membantunya dengan menciptakan lingkungan belajar yang minim distraksi.
Usahakan tidak banyak barang di meja belajar dan ruang belajar anak. Jika anak sering terdistraksi oleh HP, Anda dapat meminta anak untuk menyingkirkan HP saat belajar.
Jika perhatian anak mudah terdistraksi oleh suara di sekitarnya, Anda dapat cari ruangan di rumah yang cenderung hening.
- Lakukan aktivitas menyenangkan bersama
Selain menjadi kegiatan untuk relaksasi, aktivitas bersama anak juga dapat memperkuat bonding antara orangtua dan anak. Connect before we correct. Kita perlu terhubung secara emosional dengan anak, sebelum kita mengarahkan atau mengoreksi perilaku mereka.
- Diskusi dengan guru
Jika Anda mengamati anak kewalahan dengan sekolahnya, ada baiknya berdiskusi dengan guru. Apakah perlu dilakukan penyesuaian terhadap cara belajar anak, target pencapaian, jumlah tugas, dan sebagainya.
Jika Anda sudah melakukan usaha di atas namun belum ada perubahan, ada baiknya segera mencari bantuan profesional ke psikolog anak.
Ditulis oleh:
Adisti F. Soegoto, M.Psi, Psikolog, BFRP
Psikolog Klinis Anak
Mayapada Hospital Jakarta Selatan (MHJS)
Lihat jadwal praktik di sini
tags :
Psikolog Pediatric Center Spesialis Pediatri Spesialis Anak